Penganut Islam Aboge Rayakan Bada Malam Selikur, Selamatan Istimewa Penghormatan untuk Kanjeng Nabi

Penganut Islam Aboge Rayakan Bada Malam Selikur, Selamatan Istimewa Penghormatan untuk Kanjeng Nabi

Ingkung ayam pada selamatan Rosulan sebagai sajian istimewa merayakan bada malam selikur untuk menghormati Kanjeng Nabi Muhammad oleh penganut Islam Aboge di wilayah Banyumas timur. -FIJRI RAHMAWATI/RADARMAS-

Di bulan puasa Ramadan ada satu malam istimewa bagi penganut Islam Aboge di wilayah Banyumas timur. Mereka merayakan bada malam selikur sebagai penghormatan untuk Kanjeng Nabi Muhammad.

FIJRI RAHMAWATI, Banyumas

Sesepuh penganut Islam Alif Rebo Wage (Aboge) di wilayah Banyumas timur Tarmono menceritakan berdasarkan suatu riwayat bahwa Nabi Muhammad memulai melaksanakan puasa pada tanggal 20 bulan Sadran.

Hitungan awalan puasa tersebut kemudian diyakini oleh penganut Islam Aboge sebagai patokan. Sehingga ketika puasa Ramadan telah memasuki hari kedua puluh. Maka puasa terhitung sudah selama satu bulan.

Oleh karena itu, di malam ke dua puluh satu Ramadan. Penganut Islam Aboge di wilayah Banyumas timur meyakini sebagai hari bada atau lebarannya Nabi Muhammad.

"Sehingga kami kaum adat merayakan bada Kanjeng Rosul di malam selikur atau malam ke dua puluh satu Ramadan sebagai wujud penghormatan," kisah Tarmono.

Penganut Islam Aboge di wilayah Banyumas timur menjalankan puasa Ramadan selang sehari dari tanggal yang ditetapkan oleh pemerintah. Mereka memiliki perhitungan kalender sendiri.

Di malam selikur ini sebagai momen spesial bagi Penganut Islam Aboge di wilayah Banyumas timur. Sebab, menjadi inti dari perayaan bada. Berbeda ketika pada 1 Syawal mendatang merupakan lebaran umat Islam secara umum.

"Perayaan bada malam selikur ini dikhususkan untuk Kanjeng Rosul. Do'a dan puji-pujian untuk nabi," sambung Tarmono.

Lantaran bada malam selikur ini dianggap sebagai peristiwa spesial. Penganut Islam Aboge merayakan selamatan dengan sajian istimewa pula yang disebut Rasulan. Setiap keluarga membuat ingkung dari seekor ayam kampung jantan yang belum birahi.

Ingkung ayam melambangkan penghambaan diri manusia pada Tuhan. Ayam utuh diposisikan telungkup sebagai personifikasi sujud menyembah Tuhan.

"Selamatan Rasulan ini sekaligus untuk perenungan diri. Rasa sejatinya manusia dari lubuk hati," imbuh Tarmono.

Bada malam selikur ditutup dengan do'a dan diaminkan oleh semua yang hadir di Pendopo Kampung Adat Sela Kembang Desa Ketanda Kecamatan Sumpiuh.

Acara ditutup dengan tiap ingkung yang dibawa selamatan Rasulan diambil setegahnya untuk dikumpulkan. Kemudian, dibagi secara merata perlambang rasa adil. Lalu, mereka makan bersama menikmati sajian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: