Seminar dan Launching Buku Puasa dan Kesehatan

Seminar dan Launching Buku Puasa dan Kesehatan

dr Noegroho Harbani MSc SPS FisQua CMC, pengarang buku Puasa dan Kesehatan Tinjauan Ilmu Medis dan Agama.-ISTIMEWA-

Tinjauan Ilmu Medis dan Agama

PURWOKERTO, RADARBANYUMAS.CO.ID - Banyak masyarakat yang ragu untuk menjalankan ibadah puasa karena memiliki riwayat penyakit tertentu. Untuk menjawab keresahan ini, dr Noegroho Harbani MSc SPS FisQua CMC menerbitkan buku berjudul Puasa dan Kesehatan Tinjauan Ilmu Medis dan Agama.

Menurut dokter yang kini menjabat sebagai Direktur RSUD Ajibarang ini, ide pembuatan buku terinspirasi dari dr Igun Winarno yang lebih dulu menerbitkan buku. 

“Saya berpikir, yang penting bukunya jadi dulu,” ujarnya dalam acara Seminar dan Launching Buku Puasa dan Kesehatan Minggu (16/3), di Masjid Jenderal Sudirman Purwokerto.

Buku ini berisi kumpulan materi yang pernah dimuat dalam rubrik Ruang Konsultasi Kesehatan di Radar Banyumas pada 1998-2005.

Selama periode tersebut, dr Noegroho aktif menjawab pertanyaan masyarakat seputar kesehatan. Dari sisi agama, buku ini telah mendapat koreksi dan penyempurnaan dari Tim Bina Rohani RSUD Ajibarang, serta dikaji oleh Drs KH Mughni Labib MSI, Rais Syuriyah PCNU Banyumas, dan Drs KH Taefur Arofat MPdI, Ketua MUI Banyumas.

Meskipun sedang dalam kondisi sakit, dr Noegroho tetap semangat memaparkan isi bukunya. Dalam buku ini dia menyoroti puasa bukan hanya sekadar ibadah, tetapi juga memberikan banyak manfaat bagi kesehatan. 

“Sering kali masyarakat menganggap sakit sebagai alasan utama untuk tidak berpuasa tanpa mempertimbangkan tinjauan medis dan fiqih secara mendalam,” katanya.

Secara fiqih, memang ada keringanan bagi orang yang sakit untuk tidak berpuasa. Namun, dari sisi medis, perlu dipahami jenis penyakit yang benar-benar berbahaya jika seseorang tetap berpuasa.

“Tidak semua penyakit membuat seseorang wajib membatalkan puasa. Ada parameter medis yang harus diperhatikan oleh dokter muslim, dalam menentukan kondisi pasien yang benar-benar tidak boleh berpuasa,” jelasnya.

Dari sisi spiritual, puasa juga meningkatkan kualitas ibadah seseorang, terutama di bulan Ramadan. Oleh karena itu, bagi yang tidak dapat berpuasa karena alasan medis, tetap dianjurkan menjalankan ibadah lain agar keseimbangan jasmani dan rohani tetap terjaga.

Melalui pemahaman yang lebih baik tentang fiqih dan kesehatan, masyarakat diharapkan dapat mengambil keputusan yang tepat terkait puasa, sehingga Ramadan dapat dijalankan dengan optimal tanpa mengabaikan kesehatan.

“Keistimewaan puasa tidak hanya dari sisi ibadah, tetapi juga berdampak positif pada kesehatan. Dengan berpuasa, jasmani menjadi lebih sehat, pola hidup lebih teratur, dan emosi lebih stabil,” tambahnya.

“Seringkali setelah puasa, banyak yang kehilangan kontrol dalam pola makan. Sehingga menyebabkan gangguan pencernaan seperti diare. Hal ini membuat rumah sakit ramai pasca Ramadan,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: