BPBD Kabupaten Banyumas Peringatkan Adanya Potensi Gerakan Tanah
Staf Analis Bencana Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Banyumas, Aquarista Nur Atwi.-ALWI SAFRUDIN/RADARMAS -
PURWOKERTO, RADARBANYUMAS.CO.ID – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyumas memberi peringatan terkait potensi gerakan tanah di bulan November 2024.
Peta potensi gerakan tanah dikeluarkan oleh Pusat Vulkanogi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM.
Data yang didapatkan merupakan kompilasi dengan data curah hujan dari BMKG. Informasi curah hujan yang diperoleh dari BMKG, di Kabupaten Banyumas besarnya 400 ml hingga lebih dari 500ml.
Dari 27 kecamatan yang ada di Kabupaten Banyumas, 26 diantaranya masuk dalam kategori menengah hingga tinggi. Hanya Kecamatan Kembaran yang tidak termasuk.
BACA JUGA:Memasuki Musim Penghujan, BPBD Banyumas: Waspadai Bencana
BACA JUGA:KPU Banyumas Berkoordinasi dengan BPBD Banyumas Memetakan TPS Rawan Bencana
Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Banyumas, Barkah melalui Staf Analis Bencana, Aquarista Nur Atwi menjelaskan, penyebab potensi gerakan tanah yakni curah hujan tinggi, kemiringan lereng, banyaknya rumah-rumah warga yang bertempat dekat dengan lereng dan pemotongan lereng secara tegak lurus.
Untuk potensi ada dari faktor alam seperti curah hujan dan faktor manusia seperti pemotongan lereng yang tegak lurus.
"Dari BPBD kemarin kami sudah membuat surat edaran ditunjukan kepada camat. Surat diteruskan kepada kepala desa kemudian diteruskan lagi kepada masyarakat," kata dia.
BPBD mengimbau beberapa hal terkait adanya potensi gerakan tanah. Yaitu untuk siap siaga dan waspada ketika curah hujan tinggi. Jika curah hujan tinggi selama lebih dari 2 jam, masyarakat harus bersiap-siap. Terutama bagi masyarakat yang terletak di daerah potensi.
BACA JUGA:Uji Geolistrik Pada Ancaman Bencana Gerakan Tanah di Banyumas, Kepala BPBD : Terdapat Kerawanan
BACA JUGA:BPBD Banyumas Sebut 12 Kecamatan Masih Rawan Karhutla di Musim Kemarau Ini
Tidak membuang sampah sembarangan, serta masyarakat diimbau untuk tidak memotong tebing atau lereng secara tegak lurus.
Kemudian mengintensifkan kembali siskamling atau ronda. Karena kebanyakan terjadinya bencana longsor dan banjir terjadi di malam hari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: