Warga Desa Sered Arak 208 Tumpeng, Jalin Silaturahmi Jelang Pilkada Banjarnegara
Warga Desa Sered saat mengarak ratusan tumpeng dalam tradisi arak-arakan dengan memakai pakaian ada Jawa. -PUJUD/RADARMAS-
BANJARNEGARA, RADARBANYUMAS.CO.ID - Ratusan tumpeng dengan hiasan penuh warna diarak keliling kampung oleh warga Desa Sered, Kecamatan Madukara, Kabupaten BANJARNEGARA Sabtu (9/11/2024). Tradisi ini dilakukan untuk memper erat sitalurahmi jelang pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak 27 November 2024 mendatang.
Sedikitnya 208 tumpeng dibawa warga dengan balutan pakaian adat Jawa, membentuk arak-arakan penuh warna.
Tradisi arak-arakan ini menjadi penanda rasa syukur dan ajang mempererat tali silaturahmi, terutama jelang Pilkada yang akan digelar 27 November 2024.
Diiringi alunan musik tradisional, warga membawa tumpeng keliling kampung, membangun suasana meriah dan penuh semangat kebersamaan. Sesampainya di lapangan utama, warga duduk bersama untuk menikmati hidangan dalam acara makan besar.
BACA JUGA:Warga Banjarnegara Berhasil Budidayakan Vanili, hingga Dikirim ke Beberapa Kota Besar di Indonesia
BACA JUGA:Warga Desa Gumelem Banjarnegara Gelar Tradisi Gethekan Sebagai Ungkapan Syukur Usai Panen
Tumpeng-tumpeng yang dibawa dari rumah ini berisi beragam lauk-pauk yang kemudian ditukar antarsesama warga.
“Tadi ada 208 tumpeng yang diarak. Jumlah ini sesuai usia Desa Sered. Ada juga tukar lauk, ini bukan hanya untuk berbagi, tapi juga sebagai lambang kebersamaan dan kesederhanaan di antara kita semua,” ujar Kepala Desa Sered, Yuanita Dyah R, Sabtu (9/11/2024).
Yuanita menyampaikan, tradisi ini adalah bagian dari upaya memperkuat persaudaraan warga desa. Terutama jelang Pilkada serentak 27 November 2024 mendatang. Ia mengingatkan meski berbeda pilihan namun persaudaraan tetap terjaga.
“Kami berharap dengan adanya kegiatan ini, warga tetap rukun dan damai, jangan sampai terpecah belah jelang Pilkada serentak ini,” ungkapnya.
Puncak acara diwarnai dengan rebutan gunungan hasil bumi yang telah disiapkan di tengah lapangan. Gunungan yang dihiasi sayuran, buah-buahan, dan hasil bumi lainnya menjadi simbol berkah alam yang melimpah.
“Ini juga sebagai ungkapan syukur kita atas rezeki yang diberikan Tuhan. Melalui tradisi ini kami tidak hanya mempererat hubungan, tapi juga merawat nilai-nilai kebudayaan dan gotong-royong yang selama ini telah menjadi kekuatan desa,” imbuhnya.(jud)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: