Lakukan Ritual Cukur Sebelum Bertanding

Lakukan Ritual Cukur Sebelum Bertanding

kakiMengenal Tegar Ananda Ekhi Bayu Satriaji, Atlet Pencak Silat Berprestasi Olahraga beladiri seperti pencak silat tak bisa dipandang sebelah mata. Banyak artis yang juga mahir pencak silat. Sebut saja Iko Uwais dan Willy Dozan. Dua sosok inilah yang dijadikan insipasi oleh atlet pencak silat Banyumas, Tegar Ananda Ekhi Bayu Satriaji (21). YUDHA IMAN PRIMADI, Purwokerto Pencak silat menjadi salah satu olahraga yang disukai Egha -sapaan akrab Tegar. Ini bukan karena ayahnya, Eko Sulistiono merupakan mantan atlet pencak silat, namun memang suka dari hati.         Dituturkan Egha, dia mengenal pencak silat sejak duduk di bangku kelas 3 SD. Saat itu, dia berlatih bersama ayahnya yang saat ini merupakan pelatih silat Pengkab Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Kabupaten Banyumas, di Perguruan Silat Pusaka Kusuma. "Saat itu saya belum mengerti apa-apa. Karena keuletan ayah, saya akhirnya bisa seperti saat ini. Darah silat terus mengalir karena kesabarannya melatih saya," kata Egha yang punya ritual rutin bercukur sebelum bertanding. Bahkan saking cintanya dengan pencak silat, Egha memilih pindah jurusan saat kuliah. Diceritakan Egha, di tahun 2012 dia kuliah di Jurusan Fisika Unsoed. Namun hanya bertahan dua tahun. "Setelah dijalani ternyata bukan minat saya. IPK juga terus drop. Saya merasa passion saya di olahraga, hingga akhirnya di tahun 2014 saya keluar dari jurusan Fisika dan pindah ke PJKR," kata Egha yang kini sudah semester 4 di jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi (PJKR). Menurut Egha, saat memutuskan untuk pindah jurusan cukup berat. "Tetapi hidup adalah sebuah pilihan, dan olahraga tujuan hidup saya," tutur pesilat kelas H (80-85 kg). Kini perjuangannya membuahkan hasil. Meskipun harus mengalami berbagai rintangan dan hambatan. Sudah banyak kejuaraan yang diikuti Egha. "Tapi kalau mau ikut kejuaraan, saya harus menaikkan berat badan agar sesuai dengan kelas yang dipertandingkan," tuturnya. Bahkan agar berat badannya cepat naik, dia harus makan setiap dua jam sekali. "Kalau kejuaraan internasional berat badan harus naik. Tapi kalau kejuaraan nasional malah kebalikannya. Paling tidak kalau ikut yang nasional, 1 bulan harus naik 10 kilogram. Itu susah juga," terangnya. Tidak hanya itu, selama bertanding Egha pernah mengalami cidera. "Itu sudah risiko. Saya pernah bertanding dengan luka robek di wajah akibat kecurangan lawan di Kejurnas Tahun 2014. Sebenarnya bisa saja mundur dan saya akan tetap menang. Tetapi saya tidak ingin menang dengan cara yang kurang terhormat," tuturnya. Untuk prestasi, selama tahun 2015 sudah banyak yang sudah diraih Egha. Antara lain juara ketiga pada World Championship di Thailand, juara 1 Kejurprov Jateng, juara 1 Pomda di Semarang, juara 1 mini pon di Jawa Barat, juara 1 pra PON di Samarinda, dan juara 3 Pomnas mewakili Unsoed membawa nama Jawa Tengah. Tidak hanya menjadi juara di berbagai event, Egha juga dinobatkan sebagai mahasiswa berprestasi di bidang olahraga Unsoed dan menjadi penerima KONI Awards di Desember 2015 sebagai atlet terbaik Kabupaten Banyumas bersama ayahnya. (*/sus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: