Banner v.2
Banner v.1

Dolar Melemah, Uang Global Berpindah Arah: Apa yang Terjadi?

Dolar Melemah, Uang Global Berpindah Arah: Apa yang Terjadi?

Dolar Melemah, Uang Global Berpindah Arah Apa yang Terjadi--

Sejak Trump dilantik kembali pada Januari 2025, indeks dolar sudah turun 9%. Angka ini sangat signifikan dan menandakan pergeseran besar dalam persepsi investor terhadap nilai uang dolar.

Pada April saja, indeks dolar terpuruk lebih dari 4,5%, menjadi penurunan bulanan terbesar sejak tahun 1973. Bahkan sempat menyentuh titik terendahnya di angka 98,12, sebuah level yang tak terlihat sejak tiga tahun terakhir.

Kebijakan tarif tinggi yang diterapkan Trump kepada mitra dagangnya justru membuat uang investor asing berpindah ke luar negeri. Akibatnya, permintaan terhadap dolar berkurang dan uang global mulai mengalir ke instrumen lain seperti emas atau euro.

BACA JUGA:Sejarah dan Fakta Unik Mata Uang Rupiah

BACA JUGA:Warga Purbalingga Antusias Menukar Mata Uang Pecahan Baru

Mata uang euro, franc Swiss, dan yen Jepang menunjukkan penguatan yang signifikan terhadap dolar sejak Trump kembali menjabat. Ketiganya kini menjadi alternatif utama dalam menjaga stabilitas uang investor.

Ancaman Trump terhadap independensi The Fed, termasuk rencananya untuk memecat Powell, membuat pasar cemas. Ketegangan ini menciptakan bayang-bayang risiko yang memicu investor menarik uang mereka dari aset berbasis dolar.

UBS Group AG pun akhirnya memangkas proyeksi nilai dolar dua kali dalam dua bulan terakhir. Mereka menilai bahwa kekuatan uang dolar akan sangat bergantung pada hasil akhir negosiasi perang dagang AS-China.

Sementara itu, Deutsche Bank memperingatkan adanya tren penurunan jangka panjang terhadap kekuatan uang dolar. Dalam beberapa tahun ke depan, nilai dolar diprediksi bisa jatuh ke titik terlemahnya terhadap euro dalam satu dekade terakhir.

BACA JUGA:Pengertian dan Cara Kerja Mata Uang Kripto

BACA JUGA:Penukaran Mata Uang Asing Naik 30 Persen di Money Changer

Bahkan para trader spekulatif mulai meningkatkan posisi short terhadap dolar. Menurut data Commodity Futures Trading Commission, nilai posisi short tersebut mencapai $13,9 miliar pada minggu keempat April, angka tertinggi sejak tahun lalu.

Dari sisi dalam negeri, nilai uang rupiah juga terdampak oleh dinamika global tersebut. Analis Lukman Leong memperkirakan rupiah bisa makin melemah jika tekanan terhadap dolar berlanjut dan ketegangan dagang semakin memanas.

Lukman menyebut, pernyataan Trump tentang kemungkinan kesepakatan tarif dengan India, Korea, Jepang, dan China turut mempengaruhi kekuatan uang global. Harapan akan adanya kesepakatan tersebut sempat memberi angin segar bagi perekonomian AS.

Namun tetap saja, bayangan resesi belum sepenuhnya menghilang. Adam Posen dari Peterson Institute menilai bahwa peluang resesi di AS kini mencapai 65%, akibat ketidakpastian yang terus berlanjut.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: