Banner v.2
Banner v.1

3 Penyebab IHSG Anjlok Lagi: Dari Sentimen Global sampai Kinerja Emiten yang Bikin Kecewa

3 Penyebab IHSG Anjlok Lagi: Dari Sentimen Global sampai Kinerja Emiten yang Bikin Kecewa

3 faktor ihgs anjlok--

Efeknya langsung terasa dalam bentuk tekanan jual yang cukup masif, terutama pada saham-saham big cap. Ketika saham-saham besar mulai turun, indeks otomatis ikut terseret.

Kinerja yang tidak sesuai harapan ini jadi sinyal negatif, apalagi jika dikombinasikan dengan ketidakpastian global. Maka tak heran kalau banyak investor memilih exit dulu daripada menanggung risiko lebih lanjut.

BACA JUGA:Keuntungan Menabung Emas Dibanding Investasi Saham

BACA JUGA:Lebih Berharga dari Investasi Saham, Inilah 5 Mobil Klasik Mahal Meskipun Sudah Berusia Puluhan Tahun

3. Data Ekonomi Domestik yang Mengecewakan

Bicara soal ekonomi Indonesia, beberapa data terakhir justru menunjukkan tren yang mengkhawatirkan. Inflasi yang sedikit meningkat dan penurunan daya beli masyarakat jadi perhatian utama.

Data pertumbuhan ekonomi yang stagnan juga memperkuat sinyal bahwa pemulihan belum sepenuhnya solid. Pelaku pasar pun mulai ragu dengan proyeksi optimistis yang selama ini digaungkan.

Di sisi lain, Bank Indonesia yang menahan suku bunga acuan dianggap belum cukup agresif dalam menstimulasi pertumbuhan. Ketika instrumen moneter tak mampu mendorong pasar, IHSG pun kehilangan pijakan.

Investor ritel semakin hati-hati, apalagi dengan banyaknya noise dari media sosial dan rumor pasar. Dalam situasi seperti ini, psikologi pasar sangat mudah berubah arah.

BACA JUGA:Saham BBRI Menjadi Primadona Trader lokal

BACA JUGA:Kenaikan Laba Bersih, Saham BBRI Digemari Dunia Investasi

Efek Domino ke Sektor-Sektor Tertentu

Ketika IHSG melemah, dampaknya terasa langsung ke beberapa sektor unggulan. Sektor teknologi dan properti jadi yang paling terpukul karena karakteristiknya yang sensitif terhadap suku bunga dan sentimen.

Saham-saham di sektor ini mengalami penurunan harga cukup dalam, bahkan ada yang mendekati level support kritis. Ini membuat investor yang sebelumnya optimis mulai was-was.

Di sisi lain, sektor energi dan konsumer relatif lebih bertahan. Tapi tetap saja, tekanan sentimen membuat mereka kesulitan untuk mencetak penguatan signifikan.

Rotasi sektor pun terjadi, dengan investor mencoba mencari perlindungan di saham-saham defensif. Ini tanda bahwa pasar sedang dalam fase bertahan, bukan ekspansi.

BACA JUGA:Direksi BRI Kembali Lakukan Aksi Borong Saham hingga Miliaran Rupiah

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: