Lonjakan Transaksi QRIS Buktikan Kinerja Dompet Digital Kian Positif
Simak penjelasannya sebagai berikut--
BACA JUGA:Cashback Hingga Rp35.000! Bayar PDAM Pakai Dompet Digital CIMB Niaga!
Pada Januari 2024, transaksi QRIS Bank Jatim hanya Rp76,11 miliar. Artinya, secara tahunan masih ada pertumbuhan meski fluktuatif akibat kondisi ekonomi.
Faktor lain yang memengaruhi adalah deflasi inti selama empat bulan berturut-turut sejak Mei 2024. Ini menjadi sinyal bahwa masyarakat mengurangi konsumsi non-esensial.
Walau begitu, transaksi digital Bank Jatim melalui aplikasi J Connect dan kartu debit masih menunjukkan pertumbuhan positif. Ini membuktikan bahwa masyarakat tetap aktif secara digital, meskipun nominal pengeluaran menurun.
Berbeda halnya dengan OK Bank Indonesia yang mengalami penurunan jumlah tabungan nasabah sekitar 12 persen secara tahunan. Direktur Kepatuhan Efdinal Alamsyah mengatakan, banyak nasabah kini fokus pada kebutuhan pokok.
BACA JUGA:Libur Lebaran ke Luar Negeri? Gunakan Dompet Digital PayPal untuk Transaksi Tanpa Ribet
BACA JUGA:Dompet Digital untuk Menabung: Praktis, Aman, dan Bisa Dapat Bunga Tambahan!
Pergeseran pola konsumsi ini terlihat dari penurunan transaksi pada kategori hiburan atau restoran. Sebaliknya, transaksi untuk bahan makanan dan kebutuhan rumah tangga justru meningkat.
Bank BJB juga ikut merasakan dampak penurunan konsumsi dari kelas menengah. Walaupun frekuensi transaksi masih naik, nilai transaksi mengalami penurunan.
Direktur Utama BJB, Yuddy Renaldi, menjelaskan bahwa daya beli menurun karena inflasi dan tekanan ekonomi. Misalnya, dengan uang Rp100 ribu yang sebelumnya bisa membeli 10 barang, kini hanya bisa dapat 8 atau 9 barang.
Hal ini bukan hanya soal jumlah uang yang dikeluarkan, tapi lebih kepada nilai daya beli uang itu sendiri. Inflasi dan tekanan ekonomi memang telah menggerus kemampuan konsumsi masyarakat.
BACA JUGA:GoPay QRIS Tap, Cara Bayar Praktis di Dompet Digital Cukup Sekali Tap
BACA JUGA:Waspada! Ciri-Ciri QRIS Palsu yang Bisa Menguras Saldo Dompet Digital
Tak ketinggalan, bank swasta terbesar di Indonesia, BCA, juga merasakan dampaknya. Meski transaksi QRIS dan debit tetap stabil, kredit ritel mengalami tekanan.
Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja, menyatakan bahwa kredit konsumsi seperti KPR dan KKB tetap tumbuh berkat suku bunga yang rendah. Permintaan kredit rumah dan kendaraan masih tinggi di tengah tantangan ekonomi.
Optimisme Indonesia Terhadap Pertumubuhan Ekonomi Digital
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:


