Zat kimia otak, seperti serotonin dan noradrenalin, berperan pengaturan suasana hati seseorang. Ketidakseimbangan dalam kadar zat kimia otak ini dapat mempengaruhi mood dan tingkat kecemasan seseorang.
3. Faktor Genetik dan Riwayat Keluarga
Faktor genetik dapat berperan dalam perkembangan anxiety disorder. Individu yang memiliki riwayat keluarga dengan gangguan kecemasan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengembangkan kondisi serupa.
4. Pengalaman Traumatis dan Stres
Pengalaman traumatis atau stres juga dapat meningkatkan risiko mengalami anxiety disorder. Individu yang telah mengalami kekerasan dalam rumah tangga dapat mengalami tingkat kecemasan yang tinggi.
5. Sakit dalam Jangka Panjang
Mengalami rasa sakit yang berkepanjangan juga berpotensi menyebabkan stres kronis dan ketidaknyamanan fisik yang dapat meningkatkan tingkat kecemasan dan menggangu kesehatan mental.
Selain itu, keterbatasan fisik yang disebabkan oleh kondisi sakit juga dapat memicu perasaan ketakutan dan kekhawatiran tentang masa depan, yang dapat memperburuk gejala anxiety disorder.
BACA JUGA:Cara Menjaga Kesehatan Mental Remaja, Pentingnya Perhatian Terhadap Kesejahteraan Jiwa
BACA JUGA:Apa Itu Kesehatan Mental? Menggali Pentingnya Perawatan Jiwa!
6. Riwayat Kecanduan Alkohol atau Narkoba
Kecanduan alkohol atau narkoba juga dapat menjadi faktor risiko. Penggunaan zat-zat tersebut dapat menyebabkan perubahan kimia dalam otak dan memengaruhi mood seseorang secara negatif.
Penting untuk diingat bahwa kesehatan mental dan fisik seseorang saling terkait dan saling memengaruhi. Oleh karena itu, pengelolaan kesehatan secara holistik sangat penting untuk mencegah dan mengatasi penyakit mental ini. (wan)