Tanpa disadari, karena lebih sering melakukan cek pada payudara mereka perempuan kurang menyadari gejala penyakit jantung. Hal tersebut membuat para perempuan kurang memperhatikan kadar kolestrol dan tekanan darah mereka.
Hasil riset dari Paris Cardiovascular Research Centre juga yang mengatakan, kenyataan itu menyebabkan perempuan lebih sering meninggal setelah melakukan pengobatan pada serangan jantung, dibandingkan laki-laki.
Perempuan juga cenderung tidak banyak melakukan angioplasti. Yaitu tindakan untuk membuka pembuluh darah arteri koroner untuk meningkatkan aliran darah ke jantung.
Professor Carlo Di Mario, pimpinan divisi Penyakit Jantung Koroner, National Institute of Health Research, Unit Jantung Biomedical Research di Royal Brompton dan Harefield NHS Trust di London, Inggris, menambahkan, ketika perempuan mendapatkan serangan jantung, mereka berisiko terkena diabetes. Keduanya adalah faktor risiko yang berbahaya bila dibiarkan. ’’Bila sudah pernah serangan jantung dan diabetes, risiko kematian bisa lebih tinggi,’’ ujarnya.
Serangan jantung, pada umumnya dipicu oleh penyakit jantung koroner yang membunuh sekitar 73 ribu orang di Inggris setiap tahun. Selama ini, penyakit jantung koroner lebih sering diidentikkan dengan laki-laki daripada perempuan. Meskipun ketika usia perempuan lebih dari 50 tahun, makan faktor risiko penyakit ini menjadi sama.
Karena itu, Profesor Di Mario menegaskan bahwa kurangnya kesadaran perempuan terhadap penyakit ini perlu ditindaklanjuti. ’’Seorang perempuan sehat 45 tahun sering memeriksa payudaranya saat mandi, tapi belum tentu berpikir untuk memeriksa kadar kolestrol dan tekanan darah tinggi secara rutin. Sebab dia tidak berpikir juga punya risiko serangan jantung,’’ imbuhnya. (Dailymail/ina/tia)