STT Wiworotomo Terapkan Teknologi Pengelolaan Sampah Tuntas & Kerajinan Eco Print di Kemutug Lor Baturraden

Minggu 12-11-2023,13:39 WIB
Reporter : Dewan Redaksi STT Wiworotomo
Editor : Laily Media Yuliana

PURWOKERTO, RADARBANYUMAS.DISWAY.ID - Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat merupakan bentuk kontribusi perguruan tinggi untuk mensolusikan permasalahan Masyarakat terutama disekitarnya. Melalui program kosabangsa tim pelaksana STT Wiworotomo berkolaborasi dengan Dosen Universitas Negeri Semarang (UNNES), dengan mitra sasaran di Desa Kemutug Lor.

Kegiatan pengabdian berfokus pada  solusi permasalahan kelompok dengan penerapan teknologi tepat guna dalam pengelolaan sampah tuntas dan peningkatan mutu produk ecoprint di Desa Kemutug Lor, Baturaden.

Desa Kemutug Lor berlokasi diarea penyangga wisata ikonik baturaden, dengan banyaknya aktifitas wisata dan pengunjung dan industry wisata harus menjaga kebersihan lingkungan dan meningkatkan produktifitas Masyarakat. Upaya mengelola sampah dilakukan dengan memilah dengan mendirikan TPST, tetapi memiliki keterbatasan teknologi terutama proses pemilahan yang masih manual.

Aktifitas ekonomi sesuai potensi wisata maka produk unggulan yang dikembangkan adalah produk bercirikan kearifan sesuai kesediaan bahan baku berupa eco print yang masih terkendala teknologi yang konvensional. Mitra pertama adalah BUMDES Wanatirta Mukti untuk mengoptimalkan produk UKM untuk lebih berdaya saing, dan menyerap tenaga kerja lebih banyak.   produk ecoprint sudah mulai dijadikan produk khas desa untuk mendukung destinasi wisata. Sumber bahan baku alami eco print sangat melimpah, dari alam/lingkungan disekitarnya.

Mitra kedua adalah Kelompok Swadaya Mandiri (KSM) Cemerlang, pengelola sampah sekitar wisata baturaden. Kelompok ini dipimpin Darsito, pada kondisi sebelumnya TPS beroperasi secara konvensional pemilahan manual tanpa mesin dan pembakaran terbuka hal inilah yang menjadi focus permasalahan mitra yang didisolusikan melalui program kosabangsa ini.

TEKNOLOGI ECOPRINT DAN PEWARNA ALAMI

Ide kreatif dan seni sangat dominan untuk menghasilkan produk eco print yang unik dan berkualitas. Penentuan serat dan warna sangat penting untuk menghasilkan produk dan corak yang unik. Narasumber dari UNNES Dra. Widowati, M.Si dan Prof. Nana Kariada, M., MSi, telah meneliti dan mendesain pola corak tulang daun, pemanfaatan kulit dan kayu untuk membentuk corak tulang daun dan pewarna alami yang indah dan warna yang tegas.

Penerapan teknologi ecorprint didukung dengan mesin steamer dengan control waktu proses dan suhu kerja. Penggunaan bahan baku alami disesuaikan dengan kesediaan di desa kemutug lor. roller press kain yang dibuat oleh Dosen STT Wiworotomo Purwokerto. Mesin meja roll press yang berfungsi untuk menggulung kain dan menekan pola cetakan daun dan bunga.

Gerakan roller menggunakan motor servo daya rendah dengan reduksi putaran. Mesin steamer menggunakan energi gas,  air kapasitas 10 liter untuk mampu mensteam sekitar 40 gulungan kain ecoprint, ruang terisolasi, sistem kontrol dilengkapi sensor suhu dan lama proses steaming, rata-rata 2,5 jam. Pada kesempatan tersebut JB.Praharto, M.Eng yang mendesain menjelaskan,

“ mekanisme kerja sudah disesuaikan untuk proses steamer berbagai jenis bahan, system alarm akan memberikan data suhu kerja”. Utis Sutisna, M.Eng, anggota pelaksana menambahkan bahwa mesin TTG ini belum banyak ditemukan dan digunakan UKM khususnya pengrajin ecoprint.

Narasumber pewarna alami dari UNNES, Dra. Widowati, M.Si., memberikan pelatihan untuk corak-corak kain ecoprint yang bervariasi dan marketable, “sasaran pasar harus spesifik dengan didasarkan pada kualitas corak dan kainnya”, disampaikan dalam kegiatan workshop pembuatan ecoprint.  “Jika kelompok sudah menghasilkan produk berkualitas nantinya akan dilanjutkan untuk diproduksi masal dalam bentuk busana siap pakai dan produk kerajinan lainnya yang dapat menjadi cirikhas ecoprint kemutug Lor” tambahnya.

TEKNOLOGI PEMILAH SAMPAH

Teknologi yang diterapkan pada kelompok pengelola sampah berupa mesin pemilah sampah tipe bilah helix kapasitas 4 ton/jam. Inovasi mesin ini  dilakukan tim UNNES dan STT Wiworotomo untuk menghasilkan pemilah sampah yang kuat dan performasi tinggi dengan daya 26 pk. Mesin ini dilengkapi dengan system starter sehingga memudahkan operator dalam menghidupkan mesin, keunggulan lainya adalah kekuatan bilahnya mampu menahan benda keras yang terdapat pada sampah rumah tangga.” Ketahanan baja pemilah sudah didesain untuk tahan abrasi, mampu menggilas semua jenis sampah” Bambang Sugiantoro, M.T, ketua pelaksana kegiatan menambahkan.

Nana Supriyana, M.T, yang mengawasi pembuatan TTG menyampaikan bahwa mesin pemilah sampah helix bersusun yang diterapkan merupakan model terbaru hasil inovasi tim dosen yang telah dioptimasi mengacu performasi mesin sejenis yang sudah diterapkan sehingga efektifitas pemilahan akan lebih baik dibanding model sebelumnya.

Pengelolaan sampah sangat tergantung dengan  mesin pemilah, jika pemilah bekerja dengan baik maka proses daur ulang dapat optimal. Pemilahan akan menghasilkan sampah organic (45%) dan sampah organic (45 %), dan residu (5%). Hasil pemilahan berupa sampah organic akan digunakan sebagai pakan maggot yang akan dilanjutkan menjadi produk turunan pellet berbasis maggot. Produk pellet maggot akan menjadi tambahan pendapatan bagi KSM.

Sunyoto M.T, dari Teknik Mesin UNNES, sebagai pendamping proses pembuatan teknologi tepat guna Mesin Pemilah Helix Bersusun merasa optimis bahwa keberhasilan tranfer teknologi pemilahan dan daur ulang akan signifikan pengaruhnya pada optimasi pengelolaan sampah berbasis zero waste.

PELATIHAN PEMBAUTAN PELLET DARI MAGGOT BSF

Pengelolaan sampah organic hasil pemilahan akan didorong untuk menjadi produk bernilai ekonomis, salah satunya adalah pemanfaatan sampah organic sebagai pakan maggot yang akan diteruskan menjadi substitusi protein pada pembuatan pellet ikan dan unggas. Prof Nana Kariada menegaskan “Nantinya pellet unggas dan ikan akan diuji proximat untuk klasterisasi kandungan proteinnya agar sesuai dengan kebutuhan usia ternak atau ikan yang dipelihara”, hal ini dapat meningkatkan penghasilan kelompok jika dioptimalkan dan kedepan operasional pengelolaan sampah dapat mandiri, tegasnya Ketika ditemui dilokasi pelatihan.

Pemerintah Desa melalui Kepala Desa menyampaikan terima kasih atas pemilihan desa kemutug lor menjadi mitra kegiatan kosabangsa ini, dan berharap bahwa kegiatan penerapan teknologi dan pendampingan perguruan tinggi masih berlanjut pada tahun berikutnya mengingat masih banyak permasalahan yang membutuhkan solusi teknologi yang tepat, “KSM masih membutuhkan  pembakran sampah tanpa asap dan pelatihan lanjut produk ecoprint menjadi busana komersil, “ini akan mendorong produk berbasis kearifan local agar mampu bersaing dipasar local dan online, yang paling penting adalah dampak pada peningkatan kesejahteraan kelompok dan masyarakat,” tandasnya penuh optimis. (*)

Kategori :