Menggali Makna dan Keunikan Tradisi Mimiti Pari, Ritual Sebelum Panen Padi di Banyumas
Tradisi mimiti pari.-DOK RADARMAS-
RADARBANYUMAS.DISWAY.ID - Tidak banyak yang mengetahui bahwa di Banyumas terdapat tradisi yang umumnya dilakukan sebelum memulai panen padi, dikenal sebagai tradisi Mimiti Pari.
Sama halnya dengan tradisi-tradisi lain seperti Slametan, Nyadran, Mitoni, atau Suran, tradisi Mimiti Pari tetap dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat Jawa, terutama di Banyumas. Tradisi ini dilakukan menjelang panen, ketika padi sudah mulai menguning dan siap untuk dipanen. Nama 'Mimiti Pari' berasal dari kata "mimiti," yang berarti memulai, dan "pari," yang berarti padi.
Masyarakat Jawa meyakini bahwa Dewi Sri atau Dewi Padi adalah dewi kesuburan yang menjaga lahan pertanian mereka. Oleh karena itu, para petani menjalankan tradisi Mimiti Pari sebagai bentuk ungkapan terima kasih kepada Dewi Sri.
Tujuan dari tradisi ini adalah agar tanaman padi yang ditanam menjadi subur dan menghasilkan panen melimpah, serta agar tanaman padi terhindar dari serangan hama. Dengan kata lain, Mimiti Pari diartikan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas nikmat yang diberikan dan sebagai sarana interaksi antara pemilik sawah dan warga di sekitarnya.
BACA JUGA:Hujan Membuat Tradisi Krapyak di Watuagung Semakin Sakral
BACA JUGA:Pesona Seni Tradisional Ebeg dari Banyumas
Beberapa desa di Banyumas masih menjalankan tradisi Mimiti Pari saat hendak panen, salah satunya adalah Desa Karangnangka. Tradisi ini tetap diwarisi oleh para sesepuh di Desa Karangnangka yang mayoritas berprofesi sebagai petani.
Sebelum melaksanakan tradisi ini, para petani harus menyiapkan berbagai sesaji yang akan digunakan selama tradisi. Selain itu, mereka juga perlu melakukan persiapan lain seperti mengadakan Slametan di malam hari dan melaksanakan tahlilan dengan mengundang warga terdekat. Lebih lanjut, prosesi tradisi Mimiti Pari terdiri dari langkah-langkah berikut:
1. Menentukan Hari Baik
Pertama, menentukan hari baik sebelum pelaksanaan tradisi Mimiti Pari. Para petani menggunakan metode penghitungan dengan kalender Jawa karena dalam adat orang Jawa, menentukan hari baik dianggap dapat memengaruhi rezeki.
2. Menyiapkan Sesaji
Setelah menentukan hari baik, langkah selanjutnya adalah menyiapkan sesaji. Para petani biasanya menyiapkan sesaji ini pada sore hari sebelumnya sebelum panen.
BACA JUGA:Mengenal Tari Tradisional Lengger Purwokerto
BACA JUGA:Eksplorasi Tradisi Kirab Tebokan Jenang di Kudus
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: