Faktor-Faktor Penyebab Fenomena Hikikomori Berupa Mengurung Diri dari Kehidupan Sosial

Membahas Tentang Hikikomori, Faktor-Faktor, Dan Upaya Penanganannya-pinterest -
Beberapa faktor kompleks dapat menyebabkan seseorang menjadi hikikomori. Salah satunya adalah tekanan sosial dan ekspektasi yang tinggi dari masyarakat dan keluarga.
Di beberapa budaya, terutama di Asia, ada tekanan besar untuk mencapai kesuksesan dalam pendidikan dan karier, yang bisa memberikan tekanan psikologis yang berat pada individu muda.
Selain itu, kemajuan teknologi, khususnya internet, memberikan pelarian yang mudah bagi mereka yang menghindari interaksi sosial langsung.
Dampak Hikikomori pada Individu dan Masyarakat
BACA JUGA:Marak Fenomena Perundungan Pelajar, Ini Cara Pencegahannya!
BACA JUGA:Minim Edukasi Jadi Faktor Penyebab Fenomena
Hikikomori memiliki dampak yang signifikan, tidak hanya pada individu yang mengalaminya, tetapi juga pada masyarakat secara keseluruhan. Individu yang terjebak dalam gaya hidup ini sering mengalami masalah kesejahteraan mental seperti depresi, kecemasan, dan rasa rendah diri. Mereka juga rentan terhadap masalah fisik karena kurangnya aktivitas fisik dan pola makan yang tidak sehat.
Di sisi lain, masyarakat juga menghadapi konsekuensi yang merugikan. Peningkatan jumlah hikikomori dapat mengakibatkan penurunan produktivitas ekonomi, karena banyak potensi tenaga kerja yang terbuang.
Selain itu, meningkatnya isolasi sosial dapat mengancam struktur sosial, keharmonisan keluarga, dan keberlanjutan komunitas.
Upaya Penanganan Hikikomori
BACA JUGA:Fenomena Remaja Aksi Cegat Truk di Banyumas, Kasat Lantas: Kita Akan Edukasi dan Lakukan Penertiban
BACA JUGA:Buruan Keluar, Hari Ini Ada Fenomena Hari Tanpa Bayangan, Ini Waktunya!
Meskipun fenomena hikikomori awalnya ditemui di Jepang, masalah ini telah menyebar ke negara-negara lain seperti Korea Selatan, Tiongkok, dan bahkan negara-negara Barat.
Beberapa negara telah mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah ini, termasuk pendekatan konseling, dukungan kesejahteraan mental, dan program reintegrasi sosial.
Namun, mengatasi hikikomori memerlukan pendekatan yang holistik. Pendidikan yang memperhatikan kesejahteraan mental, dukungan sosial yang kuat dari keluarga dan masyarakat, serta kesadaran akan pentingnya kesehatan mental adalah langkah-langkah penting dalam mengatasi fenomena ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: