Lulusan SD Tiga Desa Pinggiran Selatan Wangon, Banyumas, Sulit Masuk SMP Negeri

Lulusan SD Tiga Desa Pinggiran Selatan Wangon, Banyumas, Sulit Masuk SMP Negeri

Konsultasi publik kesatu penyusunan RDTR kawasan perkotaan Wangon, Banyumas, Rabu (11/10/2023).-YUDHA IMAN PRIMADI/RADARMAS-

BANYUMAS, RADARBANYUMAS.DISWAY.ID - Sektor pendidikan menjadi kebutuhan yang diperjuangkan oleh unsur Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Wangon, BANYUMAS, dalam penyusunan RDTR kawasan perkotaan Wangon, Rabu (11/10/2023). Setiap tahun, banyak lulusan SD di tiga desa pinggiran selatan Wangon sulit masuk ke SMP Negeri karena zonasi.

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Randegan, Agus Riyanto mengatakan, dalam penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) kawasan perkotaan Wangon pada sektor pendidikan, harus diimbangi dengan pendidikan manusia yang mumpuni. Dengan sistem zonasi di jenjang SMP dan SMA, seharusnya dengan adanya RDTR kawasan perkotaan Wangon, desa-desa di dekat enam desa yang masuk perkotaan terkena imbas positifnya.

"Hal ini saya sampaikan, karena beberapa tahun terakhir desa-desa di pinggiran Wangon, anak lulusan SD banyak yang tidak dapat tertampung di SMP Negeri juga SMA. Kalau perguruan tinggi barangkali di Purwokerto cukup, karena tidak ada zonasi masuk kemanapun bisa," katanya.

Agus menjelaskan, sebagian wilayah desa di Kecamatan Wangon sudah masuk menjadi kawasan perkotaan. Maka perlu diimbangi dengan pemenuhan layanan di bidang pendidikan.

BACA JUGA:Penyusunan RDTR Perkotaan Wangon, Banyumas, Peruntukkan Sebagian Wilayah Desa Klapagading Untuk Perumahan KPR

BACA JUGA:Enam Desa Masuk Rencana Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Wangon

Agus mengatakan, dia yang tinggal di Randegan dan hanya berjarak 1,5 kilometer dari pusat Kecamatan Wangon, di Desa Randegan, Rawaheng dan Pangandegan tidak ada satupun anak lulusan SD yang masuk zona SMP Negeri. 

"Mereka tidak memiliki kesempatan masuk SMP Negeri. Akhirnya masuk sekolah swasta. Andaikata bisa melalui jalur prestasi yang kuotaya hanya 15 persen," ungkapnya.

Dikatakan, dampak lainnya dari anak-anak tidak tertampung di SMP Negeri di pinggiran Wangon juga dapat mengakibatkan anak putus sekolah.

Dengan kondisi tersebut, dirinya memohon pemenuhan di sektor pendidikan. Terutama untuk SMP, terlebih dahulu turut dimasukkan dalam penyusunan RDTR kawasan perkotaan Wangon.

"Jika didirikan SMP Negeri baru di Wangon, mungkin sekolah swasta ada yang merasa dirugikan. Terapi tidak masalah. Mudah-mudahan diperhatikan karena ini menjadi masalah krusial setiap tahun. Anak di tiga desa pinggiran selatan Wangon tidak bisa masuk SMP Negeri karena zonasi. Bisanya titip-titip begitu," pungkas Agus. (yda)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: