Wilayah Terdampak Krisis Air Bersih di Banyumas Terus Bertambah, Kemarau Diprediksi hingga Akhir Oktober
KEKERINGAN : Petani di Desa Linggasari, Kembaran mulai menggunakan pompa disel untuk memgaliri lahan pertanian mereka, Jumat (29/9). Debit air irigasi mulai surut akibat kemarau.-DIMAS PRABOWO/RADARMAS-
PURWOKERTO, RADARBANYUMAS.DISWAY.ID - Wilayah terdampak krisis air bersih akibat kemarau di Kabupaten Banyumas terus meluas. Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyumas, hingga saat ini ada 53 desa di 16 kecamatan yang terdampak.
Data tersebut ada dimungkinkan masih terus akan bertambah hingga puncak kemarau pada akhir Oktober mendatang.
Kepala Pelaksana BPBD Banyumas, Budi Nugroho mengatakan, meski dampak kemarau terus meluas, akan tetapi diharapkan dampaknya tidak seperti pada kemarau tahun 2019 lalu.
"Mudah-mudahan ini tidak sampai seperti tahun 2019, itu dulu ada 88 Desa yang terdampak," ungkapnya, Jumat (29/9).
BACA JUGA:35.371 Jiwa Warga Banyumas Krisis Air Bersih, Berikut Data Per Kecamatan yang Terdampak
BACA JUGA:Kekeringan Meluas, 29.373 Jiwa di Banyumas Alami Krisis Air Bersih
Dijelaskan, dimungkinkan wilayah desa yang terdampak akan bertambah hingga puncak kemarau di dasarian ke empat Oktober nanti.
"Kita berharap sih tidak bertambah, tapi kemungkinan untuk bertambah ada. Karena kemarau diperkirakan hingga dasarian terakhir bulan Oktober, atau di awal November itu sudah diprakirakan turun hujan," jelasnya.
Sementara untuk penanganan dampak kekeringan saat ini, menurutnya, BPBD dibantu seluruh stakeholder dan relawan terus berupaya melakukan dropping air.
"Kita juga ada posko pengendalian, dan dibantu seluruh elemen untuk melakukan dropping," imbuhnya. (win)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: