Tinggi Badan 33 Anak di Pekuncen di Bawah Normal, Pemberian Makanan Tambahan Dimaksimalkan

Tinggi Badan 33 Anak di Pekuncen di Bawah Normal, Pemberian Makanan Tambahan Dimaksimalkan

Di Pekuncen penggarapan PMT untuk penanganan stunting bakal dimaksimalkan melalui dapur sehat di desa-desa.-YUDHA IMAN PRIMADI/RADARMAS-

BANYUMAS, RADARBANYUMAS.CO.ID - Kecamatan Pekuncen dengan potensi stunting anak dibawah usia dua tahun (Baduta) sebanyak 110 anak, 33 anak diketahui memiliki tubuh sangat pendek. Panjang ke-33 anak tersebut tidak menyentuh batas normal yang ditetapkan pada usianya. Normalnya, usia anak 4 bulan, panjang badan minimal 57 cm, sehingga jika panjang anak usia 4 bulan di bawah itu, maka masuk risiko stunting.

Camat Pekuncen, Drs Rojingun, MSi mengatakan terhadap 33 anak dengan tubuh yang sangat pendek tersebut, dari kecamatan selaku tim fasilitasi penanganan stunting bersama dinas pendamping untuk Kecamatan Pekuncen akan menggarapnya dengan arah Pemberian Makanan Tambahan (PMT) setiap hari melalui bantuan dari desa melalui dapur sehat yang dibentuk di masing-masing desa.

"Desa agar tetap menganggarkan untuk penanganan stunting pada anggaran perubahan," katanya.

BACA JUGA:25 Bayi di Ajibarang Berpotensi Stunting, Ganjar: Posyandu juga Harus Berikan Edukasi

Rojingun menjelaskan mekanisme PMT yang selama ini telah berjalan dapat diubah. Jika selama ini susu dan telur diberikan kepada ibu Baduta ke depan bisa berwujud menjadi dapur sehat.

Dengan data ratusan Baduta potensi stunting dan puluhan anak dengan tubuh yang sangat pendek tersebut, desa juga dihimbau untuk menambah anggaran penanganan stunting. Untuk kader kesehatan di desa sudah diberi honor dengan nominal menyesuaikan kemampuan keuangan masing-masing desa.

"Kaitannya dengan rekomendasi dari kecamatan bagi desa jika anggarannya tidak ditambah untuk penanganan stunting," terang dia.

BACA JUGA:110 Baduta di Kecamatan Pekuncen Resiko Stunting

Adapun pekerjaan rumah di Pekuncen khususnya terkait penanganan stunting, dengan kondisi geografis pegunungan yang banyak dilewati sungai membuat budaya buang air tanpa jamban sehat masih berjalan di sebagian kecil masyarakat. Dengan banyaknya sungai dengan aliran air yang bersih, masyarakat ada yang masih memilih buang air di sungai.

"Ini menjadi pekerjaan ruma bagi kami. Kalau budaya seperti ini diteruskan kasihan masyarakat desa yang geografisnya terletak dibawah pegunungan seperti Cikawung," pungkas Rojingun. (yda)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: