Suhu Dingin di Cilacap Sampai 23 Derajat Celcius, Ini Penjelasannya

Suhu Dingin di Cilacap Sampai 23 Derajat Celcius, Ini Penjelasannya

Masyarakat beraktivitas saat cuaca cerah pagi hari di Kecamatan Kroya, Minggu 23 Juli 2023-Rayka Diah Setianingrum/Radar Banyumas -

CILACAP, RADARBANYUMAS.CO.ID - Udara di wilayah Kabupaten Cilacap dan sekitarnya saat ini terasa lebih dingin. Bahkan mencapai 23 derajat celcius pada Juli ini, berdasarkan pengamatan di Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap (BMKG Cilacap Kota).

Kemudian di Pos Pengamatan Cuaca Bandar Udara Tunggul Wulung, suhu udara minimum pada bulan Juli ini tercatat 21 derajat celcius.

Hal tersebut merupakan fenomena tahunan yang umum terjadi pada bulan-bulan kemarau, tepatnya selama Juni sampai Agustus.

BACA JUGA:Potensi Gelombang Tinggi Sering Terjadi, Ratusan Nelayan ikuti SLCN

Prakirawan Cuaca BMKG Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap (BMKG Cilacap Kota), Rendi Krisnawan mengatakan, saat ini di wilayah Pulau Jawa hingga NTT menuju periode puncak musim kemarau.

Periode ini ditandai dengan pergerakan angin dari arah timur dan juga dari arah tenggara, berasal dari Benua Australia yang mempunyai pusat tekanan udara tinggi. Lalu menuju ke arah Benua Asia yang mempunyai pusat tekanan udara rendah.

"Adanya pola tekanan udara yang relatif tinggi di Benua Australia, menyebabkan pergerakan massa udara dari Australia menuju Indonesia, atau dikenal dengan istilah Monsun Dingin Australia," kata Rendi, Minggu (23 Juli 2023).

BACA JUGA:Sambut Pergantian Tahun, Dua Jolen Bekepala Burung dan Naga Dilarung ke Laut

Angin monsun Australia yang bertiup menuju wilayah Indonesia, melewati perairan Samudera Indonesia yang memiliki suhu permukaan laut juga relatif lebih dingin, sehingga mengakibatkan suhu di beberapa wilayah di Indonesia, terutama bagian selatan khatulistiwa (Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara) terasa lebih dingin.

"Kondisi udara terasa lebih dingin terutama pada saat malam hingga pagi hari. Kemudian juga membuat udara terasa lebih dingin terutama pada malam hari," jelas Rendi. 

Menurutnya, fenomena ini merupakan hal yang biasa terjadi tiap tahun, bahkan nantinya dapat menyebabkan beberapa tempat seperti di Dieng dan wilayah dataran tinggi berpotensi terjadi embun es (embun upas), yang dikira salju oleh sebagian orang.

BACA JUGA:Hari Kedua Penyelaman, Ratusan Amunisi Aktif Ditemukan Tim Kopaska

"Kami menghimbau kepada masyarakat agar tetap menjaga kesehatan dan daya tahan tubuh, karena perbedaan suhu udara yang drastis antara siang dan malam hari," ujar Rendi. (ray)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: