Syarifudin Musthofa Perajin Berbahan Pohon Pisang, Sering Juara Lomba, Produk sampai Afrika
KERJA : Syarifudin bertemu Menteri Sandiaga Uno.-Syarifudin untuk Radarmas-
BERAWAL mencoba bisnis baru, Syarifudin Musthofa berhasil menciptakan inovasi baru. Dia menciptakan produk kerajinan dari bahan baku pohon pisang. Produksi kerajinannya sudah dipasarkan hingga benua Afrika.
RAYKA DIAH, Cilacap
Syarifudin Musthofa memulai usaha kerajinan dari pohon pisang sejak tahun 2021. Pria, kelahiran Cilacap 31 tahun ini, melihat potensi pohon pisang yang banyak di daerahnya. Tercetuslah inovasi tersebut.
"Awal mendirikan karena hobi yang dibisniskan. Hobi bikin tas semacamnya, dan saya melihat potensi pohon pisang di Cilacap belum dimanfaatkan optimal. Hanya dibuang di sungai-sungai saja yang tentunya akan berdampak buruk bagi lingkungan," katanya.
BACA JUGA:Kasus Dugaan Kekerasan Seksual, WR II Unsoed : Kami Siap Evaluasi Keputusan
Karena keprihatinan tersebut, Emen, sapaan akrabnya, mulai mengaplikasikan ilmu yang diperoleh saat kuliah dan bekerja di Yogyakarta dengan mendirikan Mustav&Co.
"Saya beri nama Mustav&Co. Hobi saya yang didukung oleh teman-teman. Pertama saya membuat kerajinan ini, saya jual dan laku. Sampai sekarang sering kerjasama dengan orang Jogja dan Bali," kata dia.
Meski baru dua tahun, produk kerajinannya pun sudah dipasarkan hingga pelosok negeri, bahkan hingga Madagaskar Afrika. Beberapa di antaranya produk kerajinan tersebut seperti, anyaman taplak meja, karpet, keranjang. Sedangkan produk unggulan bio leather dijadikan tas dan dompet.
BACA JUGA:Ratakan Gundukan Tanah, Dua Pekerja di Purwokerto Temukan Tulang yang Diduga Kerangka Bayi
"Kalau untuk membuat kerajinan saya belajar di Jogja. Untuk mengolahnya saya belajar dari jurnal internasional di internet, yang gratis. Sempat kerja di Jogja, kemudian 2019 saya balik kampung ke Kawunganten dan 2021 memutuskan untuk bisnis tersebut," jelasnya.
Untuk membuat satu kerajinan, kata Emen, biasanya dia menghabiskan waktu satu hingga dua Minggu, tergantung tingkat kesulitan. Semakin bagus produk unggulannya, semakin lama pula proses pembuatannya.
Untuk harga sendiri mulai dari Rp 10 ribu hingga jutaan. Bahkan beberapa kali Emen kebanjiran orderan untuk souvenir sejumlah instansi di sejumlah wilayah di Indonesia.
BACA JUGA:10 Desa Lokus Stunting Jadi Prioritas Pengawasan Konsumsi Garam Beryodium
Emen tidak memungkiri, di awal bisnisnya sering menemukan sejumlah kendala. Terutama dalam penjualan. Apalagi saat berdiri, dunia sedang dilanda pandemi Covid-19, sehingga orang-orang tidak tertarik untuk membeli produk kerajinannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: