Presiden Minta Polri Usut Gafatar

Presiden Minta Polri Usut Gafatar

JAKARTA- Sepak terjang Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) yang disinyalir terlibat dalam penyimpangan agama, mendapat perhatian serius dari Istana. Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengatakan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah meminta Kapolri Jenderal Badrodin Haiti dan Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo untuk mengusut dan mendalami kegiatan Gafatar. ''Karena ini meresahkan,'' ujarnya di Kompleks Istana Presiden kemarin (13/1). Menurut Pramono, pemerintah masih mengumpulkan berbagai data dan keterangan untuk memetakan Gafatar, apakah semata organisasi yang berlatar belakan paham ideologi agama atau kepercayaan tertentu, atau memiliki agenda lain seperti pemisahan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) karena cikal bakalnya adalah kelompok Negara Islam Indonesia Komandemen Wilayah 9 (NII KW9). ''Kalau memang menyimpang maka harus diambil tindakan,'' katanya. Ditemui usai menghadiri pelantikan Dubes di Istana Negara kemarin, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan jika Gafatar setidaknya sudah melakukan dua pelanggaran. Pertama, tidak terdaftar di Kementerian Dalam Negeri, sehingga merupakan organisasi ilegal. Kedua, mengajarkan paham di luar keyakinan yang diakui di Indonesia. ''Jadi ini bukan organisasi yang layak diikuti,'' katanya. Lukman mengatakan, saat ini pihaknya bersama Kepolisian, Kemendagri, dan Kejaksaan tengah mengusut apakah Gafatar ini murni semata berlatar belakang paham keagamaan atau ada motif lain di baliknya. ''Sebab, bisa juga agama ini hanya dijadikan cover saja untuk agenda lain,'' ujarnya. Sementara itu, kepala Badan Intelejen Negara (BIN) Sutiyoso menjelaskan, semua jajarannya sudah dikerahkan guna mendalami dugaan keterlibatan Gafatar dengan banyaknya laporan orang hilang. Namun dia belum bisa memastikan terkait keterlibatan tersebut. “Sedang didalami, belum bisa (disampaikan) sekarang,” kata Bang Yos, sapaan akrab Sutiyoso melalui pesan singkat kepada Jawa Pos kemarin (13/1). Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menolak berkomentar lebih lanjut terkait sejauh mana operasi tersebut sudah dilakukan. Dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ketua Dewan Pertimbangan MUI Din Syamsudin menyebut jika MUI menemukan fakta bahwa Gafatar terkait dengan kelompok yang menamakan diri Al Qiyadah Al Islamiyah yang dipimpin oleh  Ahmad Musadeq yang mengaku sebagai nabi baru. ''Jadi ini aliran sesat dan menyesatkan,'' katanya saat ditemui di Kantor Wakil Presiden kemarin. Din pun menyesalkan jika Ahmad Musadeq yang sempat dipenjara karena kasus penistaan agama, bisa kembali membangun kelompok yang lagi-lagi menyimpang dan berhasil membujuk sebagian masyarakat untuk bergabung. ''Artinya, kita harus makin waspada baik di masyarakat maupun organisasi,'' ucapnya. Hingga saat ini, pihak Gafatar belum berkomentar terkait dugaan paham terlarang. Jawa Pos kemarin mendatangi rumah petinggi Gafatar Ahmad Musadeq di Kelurahan Tanah Baru, Kecamatan Beji, Depok. Rumah yang cukup luas dengan pagar tinggi milik Musadeq itu sangat tertutup. Kendati, rumah tersebut berada di tengah perkampungan. Di halaman rumah tampak terdapat tiga mobil. Dua buah Land Rover terparkir tepat di depan rumah dan satu city car warna putih di parkir di samping rumah tersebut. Penjaga rumah, Endri, mengaku bila sang pemilik rumah sedang tidak berada di rumah. "Pergi, tapi saya gak mengetahui kapan perginya," ujarnya. Biasanya, setiap hari Musadeq selalu hilir mudik di rumah tersebut. Namun, belakangan ini lelaki yang sempat mengaku sebagai nabi itu tidak terlihat. Sementara ibu RT lingkungan rumah Musadeq, Nurbaeti, mengungkapkan bahwa Ahmad Musadeq sama sekali tidak bersosialisasi di lingkungan kampung. "Arisan, pengajian, atau semacamnya gak ikut juga," ujarnya. Hanya sekali saja warga kampung pernah melihat dengan mata kepala sendiri seperti apa musadeq. Yakni, saat rapat penggusuran tanah akibat tol yang akan melewati kampung itu. "Nah, rumah Musadeq ini juga kena gusur. Barulah dia nongol," ujar Nurbaeti. Keterangan lain dari Ramli yang berjualan bakso di depan rumah Musadeq sejak tahun 1980-an Ramli mengaku, ketika belum geger kasus Musadeq mengaku nabi, dia sempat beberapa kali masuk ke rumah Musadeq. Di dalam rumah itu, Musadeq tinggal bersama istrinya, Tuginem, dan tiga anak mereka. ’’Anaknya ada yang belajar di luar negeri,’’ tutur dia. Selama Musadeq di penjara akibat kasus penistaan agama, istrinya Musadeq tetap tinggal di rumah. Tetapi sejumlah pembantu Musadeq memilih kabur. Dia mengatakan perjumpaan langsung dengan Musadeq terakhir sekitar satu tahun lalu. ’’Waktu itu dia olahraga naik sepeda dan menyapa saya. Tapi ya tidak berhenti. Dia langsung masuk rumahnya,’’ katanya. Ramli menuturkan tidak pernah melihat aktivitas massal berupa pengajian atau sejenisnya di rumah Musadeq. (owi/byu/idr/wan/far/kim)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: