Pelajaran Besar dari Thailand Open
Wiji Kembali Dominasi Junior Putri SUPHANBURI - Thailand Open 2018 menjadi salah satu event penting bagi tim BMX Indonesia setelah gelaran Asian Games. Ajang tersebut juga menjadi ujian bagi rider tanah air menyongsong Olimpiade Tokyo 2020. Sayangnya, dari dua race yang berlangsung, belum ada rider Indonesia yang sanggup finis di top 3 di kategori elit. Hanya Wiji Lestari yang mampu bicara banyak di sektor junior putri. Pada final kemarin Indonesia mampu menempatkan tiga pembalap elit putra. Yakni, Toni Syarifudin, Rio Akbar, dan Firman Chandra Alim. Rio menempati peringkat ketuju, dan Firman Alim di peringkat ketujuh. Sedangkan Toni memperbaiki capaian dari race pertama, Sabtu lalu dengan finis di peringkat kelima. Adapun rider asal non Asia mendominasi Thailand Open kali ini. Pada final kedua kemarin, giliran James Palmer, rider asal Kanada yang mencetak waktu tercepat, 35,673 detik. Sedangkan Toni yang peringkat kelima membukukan 37,501 detik. “Masih kurang kuat saya, yang terpenting masuk final dan ambil poin Olimpiade dulu,” kata Toni saat dikonfirmasi. Keberadaan rider kelas dunia di Thailand Open memberikan pelajaran berharga bagi dia. Di sisi lain, Rio Akbar masih mengalami kesulitan pasca crash. “Tadi setelah moto 2 saya sempat sesak, pelatih juga sarankan untuk mundur, tapi saya paksa, belum maksimal,” sebut Rio. Adapun, I Gusti Bagus Saputra, rider pelatnas yang lain memutuskan absen setelah mengalami cedera hamstring pada babak kualifikasi sehari sebelumnya. “Secara keseluruhan, hasil tidak jauh beda terjadi di sektor elit putra. Poin penting, kami bisa kirim tiga wakil di final,” Dadang Haries Purnomo, pelatih balap sepeda Indonesia. Sementara itu, Wiji Lestari kembali mendominasi kompetisi sektor junior putri. Pada babak final race kedua, dia kembali menjadi yang tercepat dengan 41,969 detik. Rider asal Blitar itu mengalahkan wakil tuan rumah, Niracha Poongern dan Panatda Buranaphawang. Catatan waktu yang dibukukan Wiji cukup impresif. Dia memperbaiki capaian pada race pertama di angka 42,742 detik. “Untuk race kedua ini, saya gak melihat dia menang atau kalah. Saya tekankan dia untuk bisa memacu waktu lebih baik lagi,” sebut Dadang. Dibandingkan hasil kelompok elit putri, catatan waktu Wiji memang cukup jauh. Juara sektor putri elit, Rebecca Petch, Selandia Baru mencatat waktu tercepat dengan 39,829 detik. Yakni terpaut, 2,913 detik. (nap)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: