Lulusan SMA yang Bisa Pekerjakan Puluhan Karyawan

Lulusan SMA yang Bisa Pekerjakan Puluhan Karyawan

Edi Purwanto, Pemilik Puluhan Tronton Warna tembok merah-hitam khas organisasi Pemuda Pancasila menghiasi bangunan yang berada di Jalan Semampir, Banjarnegara. Tak ada kegiatan berarti dalam ruangan berukuran 6x5 meter itu. Hanya, di sudut ruangan, terlihat pria tengah baya tengah asyik membeca majalah. PUJI HARTONO, Banjarnegara Ya, adalah Edi Purwanto atau lebih dikenal dengan sebutan Edi Kadul. Sosok Edi Kadul, dikenal sebagai salah satu pengusaha sukses di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Pria yang memiliki lebih dari 20 armada truk tronton dan beberapa alat berat ini memang sudah tidak asing lagi. Terutama bagi warga Desa Kalipelus, Kecamatan Purwonogoro, Banjarnegara. Betapa tidak, kegigihannya dalam merintis dunia usaha juga sudah dirasakan warga sekitar. Pria yang tinggal di Desa Kalipelus RT 1 RW III ini sedikitnya telah memperkerjakan 40 karyawan yang berasal dari warga sekitar tempat usahanya. Kisah Edi Kadul menjadi pengusaha sukses bermula pada tahun 1980an atau lebih tepatnya saat dirinya menginjak usia 20 tahun. Meski terlahir bukan dari keluarga pengusaha, namun Edi Kadul justru mengaku lebih tertarik dengan dunia usaha. Misalnya saja saat dirinya duduk di bangku sekolah dasar (SD). “Saat itu, saya sudah mulai berjualan mainan layang-layang,” kata pria kelahiran 17 September 1961 itu kepada Radarmas. Namun, ketertarikan dengan dunia usaha, kata Edi tak lantas membuatnya terbebas dari halangan dan rintangan saat memulai berdagang. Pasang-surut telah dialaminya. Bahkan, ia mengaku sempat menjual rumahnya karena usaha yang digelutinya kolaps. “Awalnya saya membuka usaha sembako di rumah. Saat itu modal hanya Rp 500 ribu dari pinjaman bank. Namun, usaha ini hanya bertahan sekitar 10 tahun sebelum akhirnya bangkrut dan sampai menjual rumah. Karena perputaran uang lebih kecil dengan jumlah yang harus diangsurkan ke bank,” tutur Edi. Tetapi, keinginannya agar bisa bermanfaat dengan orang lain inilah yang menjadi pemicu untuk bangkit dari keterpurukan. Saat itu, ia mengisahkan sempat menjadi supir angkutan selama dua tahun sebelum kemudian merambah bisnis kayu pada tahun 1990an. “Setelah mempunyai modal yang cukup, saya memberanikan untuk merambah bisnis kayu. Tetapi awalnya kayu-kayu yang kurang laku seperti kayu petai dan jengkol. Setelah lama baru kayu mahoni dan jati,” kisahnya Baru sekitar tahun 1997, ia mulai membeli armada untuk membantu usahanya. Karena permintaan kayu datang dari berbagai daerah, sehingga kebutuhan armada pun bertambah. Saat ini, kayu-kayu miliknya dijual ke Pasuruan dan Suarabaya. Tidak berhenti disitu, bapak dua anak ini kemudian merambah bisnis pasir, sorum sepeda motor di Desa Kalipelus dan Prigi dan jasa angkutan tronton. “Untuk pasir permintaan juga datang dari berbagai daerah. Seperti pabrik keramik di Jakrta. Karena sebenarnya kabupaten Banjarnegara ini kaya akan alam,” terangnya. Menurut Edi, pantang menyerah dan berani spekulasi merupakan kunci dalam menjalankan beberapa usaha yang digelutinya. Edi mengaku tidak bisa membayangkan hidupnya jika saat usaha sembakonya gulung tikar. “Saya hanya lulusan SMA, jika saat itu menyerah mau kerja apa. Dengan tekad yang kuat Alhamdulillah sekarang sudah bisa bermanfaat bagi orang lain dengan membuka lapangan pekerjaan,” ujarnya. Baginya, seburuk apapun kondisi usaha yang tengah dijalani, memberhentikan karyawan adalah tindakan yang paling dihindari. Sebab dengan bisa membantu membuka lapangan kerja menjadi kebanggan tersendiri yang tak ternilai harganya.(*/nun)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: