Hujan Deras Bawa Banjir dan Longsor di Sidareja
CILACAP- Banjir melanda jalan dan perkampungan warga di kota Kecamatan Sidareja, Cilacap. Banjir ini terlihat di sekitar Pasar Karna Desa Gunungreja. Kondisi serupa juga dirasakan warga Sidamulya, Sidareja dan Bangunreja. Dilaporkan, air mulai memasuki pekarangan warga sejak Senin (10/10) pagi kemarin. Informasi yang diperoleh Radarmas, banjir mulai datang setelah hujan deras menguyur wilayah itu sejak Sabtu (8/10) pagi hingga Minggu (9/10) malam. Alhasil, debit sejumlah sungai yang melintas disana tidak mampu menampung air dari perkampungan. "Penyebabnya hujan deras dari Sabtu sore dan sekarang (kemarin) sudah muncul banjir atau genangan air," ujar Camat Sidareja, Haryanto, kemarin. Dia mengatakan, genangan air jalan protokol seperti yang ada di depan Pasar Karna, Kauman yang masuk Desa Gunungreja paling tinggi dan mencapai setengah meter. Dia memastikan, sampai kemarin belum ada warga yang mengungsi. Mereka masih bisa beraktivitas di dalam rumah karena genangan air hanya di pekarangan dan jalanan. Untuk sementara, petugas dari dinas terkait masih terus memantau perkembangan dan ketinggian air banjir. Terlebih lagi, hujan deras masih bisa terjadi karena mendung terlihat sepanjang hari kemarin. "Kita pantau terus karena pagi tadi (kemarin) hujan dan seharian mendung," katanya. Informasi terbaru menyebutkan, petugas UPT BPBD Sidareja bersama sejumlah relawan petang kemarin mulai melalukan evakuasi terhadap masyarakat. Evakuasi ini menggunakan perahu karet yang sudah disiagakan oleh BPBD di Sidareja. Sementara itu, dari Patimuan dilaporkan sungai Pelimpahan kembali meluap dan menutup ruas jalan yang menghubungkan Sidareja-Pangandaran. Pagi kemarin, kendaraan kecil tertahan disisi selatan dan utara jembatan karena air terus meninggi. Beberapa warga terpaksa menggunakan jasa gerobag untuk menyeberangi sungai yang selalu meluap itu. Menjelang siang, gerobag tidak bisa digunakan karena air makin deras. Warga yang hendak melintas terpaksa menggunakan jasa perahu penyeberangan. Namun menjelang sore, air mulai surut hingga arus lalu lintas normal. BPBD Harus Koordinasi Di bagian lain, hujan yang turun di Indonesia terus menjadi lebih parah di beberapa hari belakangan. Hal tersebut membuat bencana banjir dan longsor bermunculan di Indonesia terutama wilayah Jawa. Bencana seperti yang menimpa Kota Banjar dan Pangandaran, Jawa Barat, kemarin (10/10), dinilai bisa jadi sekedar pintu dari bencana yang bakal dipicu puncak La Nina Januari tahun depan. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, dalam dua hari terakhir telah terjadi banjir dan longsor di Banjar dan Pagandaran. Banjir-longsor tersebut dipicu dari hujan lebat yang terjadi dua hari berturut turut. Banjar misalnya. Banjir akibat hujan sendiri menimpa empat desa yang merendam rumah sedalam 20-70 cm. Pada saat yang sama, kejadian longsor juga terjadi di empat desa yang mengakibatkan 11 rumah rusak sedang dan memutuskan jalan protokol nasional. "Pukul 17.30 WIB, jalan nasional di Kampung Waung Batok tertimbun tapi sudah berhasil dibersihkan. Tapi, pukul 22.00 WIB, jalan nasional yang di Blok Katapang menghubungkan Jawa Barat dan Jawa Tengah justru amblas karena longsor,"imbuhnya. Di sisi lain, Kabupaten Pangandaran juga terkena banjir bandang dan tanah longsor. Kejadian Sabtu (9/10) kemarin pada pukul 19.00 WIB menimpa 10 kecamatan. Dua korban meninggal ditemukan di Desa Ciparakan karena ada rumah yang terkena longsor. Spnya. Terkait penanggulangan, Sutopo menyatakan bahwa pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sudah berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk memulai penanganan darurat dan memperbaiki jalan-jalan yang terdampak. Di sisi lain, pihaknya juga terus bersiaga untuk mengantisipasi bencana-bencana banjir tiga bulan kedepan. Pasalnya, bencana-bencana yang terjadi tahun ini dinilai hanya sebagai permulaan. Menurutnya, curah hujan akan terus meninggi hingga puncak bulan Januari nanti. "Kalau dari kami pasti siapkan semua tenaga untuk merespon bencana-bencana yang ada. Sehinga, korban-korban fatal bisa terminimalisir," ungkapnya. Hal tersebut diakui perlu benar-benar diwaspadai baik masyarakat maupun pemeirntah daerah. Sebab, pihaknya mencatat terdapat 40,9 juta jiwa yang tinggal di daerah rawan longsor dan banjir bandang. Itu terdiri dari 36 juta jiwa yang terpapar bahwa longsor sedang, sedangkan 4,9 juta jiwa terpapar bahaya longsor tinggi. Terkait penyebaran mereka, Sutopo mengaku bahwa kebanyakan merupakan penduduk yang tinggal di barisan gunung Indonesia misalnya di Jawa bagian tengah dan selatan. Lokasi rumah mereka di lereng dan degradasi lingkungan mengakibatkan tanah menjadi rentan longsor. Deputi Bidang Meteorologi Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Yunus Subagyo Swarinoto menegaskan, saat ini masyarakat memang harus berhati-hati terkait banjir dan longsor. Pasalnya, dalam dua tiga hari kedepan, terdapat 14 provinsi yang diramalkan bakal mendapatkan curah hujan tinggi disertai badai. Antara lain, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Papua Barat, dan seluruh wilayah Jawa. "Kami sudah memberitahu semua pemangku kepentingan terhadap kemungkinan banjir dan longsor," ungkapnya. (har/bil/dis)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: