Tiga Hari Majenang Tanpa Daging Sapi

Tiga Hari Majenang Tanpa Daging Sapi

Tiga-Hari-Majenang-Tanpa-Daging-Sapi Hanya Dua Pengecer Habiskan Stok MAJENANG - Warga Kecamatan Majenang dalam tiga hari terakhir dibuat kelimpungan karena tidak sulit menemukan daging sapi segar. Sebab hampir semua pedagang daging sapi menghentikan aktifitas sambil menunggu keadaaan lebih baik. Padahal, pedagang yang berhenti berjualan itu tergolong pedagang besar. Mereka selalu membeli sapi dan memotongnya di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) yang ada di Desa Salebu Kecamatan Majenang. Baru seluruh daging ini dibawa ke pasar induk Majenang. "Sudah tiga hari ini tidak ada yang potong," ujar Koordinator PPL Kecamatan Majenang, Gunawan, Rabu (8/6) kemarin. Dia mengatakan, dari pemantauan PPL, hanya ada 2 pedagang daging yang nampak berjualan. Pedagang ini tergolong pengecer, bukan pedagang besar. Dia buka lapak untuk sekedar menghabiskan stok daging yang ada dan tersimpan di tempat pendingin. "Ada yang jualan tapi sekedar menghabiskan stok," ungkapnya. Dia mengatakan, para pedagang tersebut sengaja tidak memotong sapi karena sepinya permintaan daging selama awal puasa. Sebab mayoritasi pelanggan daging sapi adalah pedagang bakso, soto dan warung makan yang justru tutup selama puasa. Jika mereka memaksa memotong sapi dan berjualan, dipastikan akan mengalami kerugian. "Bisa saja tetap potong. Tapi ya rugi karena jarang yang beli," ujarnya. Permintaan daging sapi, lanjutnya, diperkirakan mulai pada minggu kedua ramadan. Dan saat itulah para pedagang mulai berjualan kembali seperti sedia kala. Dia mengaku sudah mendapatkan kabar kalau salah satu pedagang besar hari ini akan mulai berjualan kembali. "Biasanya mereka libur satu minggu. Tapi tadi (kemarin) ada yang mengaku siap untuk jualan lagi," kata dia seraya menyebut salah satu nama pedagang daging sapi. Di Pasar Induk Majenang, menurut Gunawan, ada 3 pedagang besar yang menyuplai daging sapi. Mereka inilah yang membeli sapi dan langsung memotongnya di RPH untuk kemudian di distribusikan ke sejumlah pengecer yang ada di Pasar Induk Majenang. Salah satu pedagang daging di Pasar Induk mengatakan, selama ini dia hanya mencoba bertahan. Mereka tidak bisa mendapatkan untung dan sering hanya impas alias kembali modal karena harga tinggi. Kondisi ini dirasakan hampir seluruh pedagang daging selama 2 tahun terakhir. "Yang penting bisa balik modal. Ini sudah kita rasakan sejak harga daging diatas seratus ribu," ujarnya. (har)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: