Libatkan Napi dalam Pembuatan, Batiknya Jadi Seragam Kemenkumham

Libatkan Napi dalam Pembuatan, Batiknya Jadi Seragam Kemenkumham

Lebih dekat dengan Heni Herwati, Ekspresikan Lokalitas Batik Cilacap Heni Herwati (51), telah mengabdikan diri di dunia batik lebih dari 31 tahun. Dalam perkembangannya, motif batik tulis dan cap Heni Herwati (51) telah tumbuh sebagai ekspresi yang menekankankan lokalitas Cilacap. Karya batiknya telah tersebar dimana-mana, baik dimiliki kolektor, terpajang di berbagai pameran sampai busana bagi kementerian. ABDUL AZIZ RASJID, Cilacap Motif-motif batik dalam banyak karyanya, menonjolkan elemen-elemen Cilacap mulai dari flora, fauna sampai alam. Heni menampilkan motif Buntalan Laut semisal, untuk menghargai para nelayan cilacap dan kekayaan laut dengan menggambarkan ikan-ikanan dan garis-garis gelombang laut. Atau motif Kawung Sukun contohnya, terkait dengan sejarah Cilacap yakni sebagai tanaman pangan alternatif yang menjadi primadona warga. "Untuk batik Buntalan Laut juara I tingkat Jawa Tengah," terangnya saat ditemui Radar Banyumas di Butik yang ia kelola di Jl Tangkuban Perahu, Selasa (12/1). Mengelola bisnis batik tulis dan cap, memang turun temurun dan mendarah daging bagi Heni. Tapi bukan berarti, perjalanan bisnisnya lempang tanpa persoalan. Pada tahun 2002, mulai timbul keiinginan agar nilai ekonomi produk batiknya lebih tinggi, maka ia dituntut melakukan berbagai kreasi dan inovasi. Di titik inilah, tradisi dan lingkungan Cilacap menjadi medan kreatifnya. "Di tahun 1998, produksi sempat turun karena krisis moneter dan daya beli rendah. Di tahun 2000, mulai bangkit. Saat itu, saya mulai berpikir untuk berkreasi dengan mengangkat Cilacap dalam batik-batik saya. Karena, hal ini menurut saya kurang diangkat waktu itu," imbuhnya. Tapi, inspirasi untuk mengahsilkan kreasi tertentu memang tak mudah membalikkan telapak tangan. Ilham pun datang sewaktu-waktu. Heni bercerita, ketika ia mencipta motif Pesisir Teluk Penyu misalnya, ilham itu datang ketika ia berjalan-jalan menikmati alam di bibir pantai teluk penyu. "Batik ini kemudian menjadi seragam Kementerian Hukum dan HAM," terangnya. Dalam perjalanan hidupnya, batik juga telah membawa Heni berkeliling Nusantara. Di tahun 2002, ia difasilitasi Dinas Perdagangan dan Koperasi Provinsi Jateng untuk berpameran di Medan dengan membawa batik khas Cilacap. Hal yang paling mengesankan ketika itu, batik cap dan tulis yang ia bawa terjual sampai 800 potong. Sedang saat berpameran di Bali dan Jogja, pengalaman yang menarik ada seorang kolektor yang tiap hari membeli batik tulis karyanya selama waktu pameran. "Kalau tulis kan memang spesial. Karena hanya ada 1 produk, tidak bisa dicopy. Harganya kisaran Rp 500-Rp 600 ribu. Ada juga yang Rp 1.000.000," kata Heni. Heni juga melakukan inovasi dalam sistem kerja, saat mengembangkan batik cap, ia kesulitan mencari pekerja laki-laki. Dihadapkan dengan problem ini, ia lalu mengusulkan agar napi di Nusakambangan bisa terlibat dalam produksi batik cap. Siapa sangka usulan itu direspon positif, bahkan oleh Kalapas disediakan alat yang menunjang untuk produksi kerajinan batik. "Saya menyediakan bahan baku. Lalu membayar ongkos produksinya. Napi yang terlibat 8-10 orang di lapas narkotik, dalam sebulan produksinya bisa 200-300 potong," ujarnya. Harapan ke depan tentang Batik Cilacap, Heni dengan singkat menyatakan menginginkan Batik Cilacap menjadi tuan rumah di wilayahnya sendiri. (ziz/ttg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: