Warga Tolak Pembangunan Kandang Ayam di Mipiran Padamara
PROTES: Spanduk warga yang bertuliskan penolakan pembangunan kandang ayam. CAHYO/RADARMAS PURBALINGGA - Warga Desa Mipiran Kecamatan Padamara memprotes adanya pembangunan kandang untuk peternakan ayam di desanya. Aksi protes mereka ditandai dengan pemasangan spanduk bertulisan penolakan di pagar keliling kandang tersebut. Pemerintah Desa Mipiran juga membenarkan adanya dinamika persoalan itu. Kades Mipiran, Daryoto mengatakan pihaknya tidak tinggal diam. Belum lama ini sudah mencoba merespon aspirasi masyarakat. Pihaknya telah menjembatani antara warga dan pemilik, untuk mencari solusi atas persoalan itu. https://radarbanyumas.co.id/35-karyawan-resah-dan-terancam-phk-setelah-pengusaha-ayam-petelur-divonis-1-tahun-penjara-di-pn-banyumas/ "Iya, benar ada spanduk bertuliskan protes dan menolak. Kami sudah mengambil langkah cepat dan memberikan fasilitasi mediasi dengan pengusahanya,” katanya kepada wartawan, Jumat (19/3). Pada saat mediasi telah dipertemukan antara warga dan pemilik. Pemilik meminta kebijaksanaan dari pemdes maupun warga untuk tetep bisa beroperasi. Namun, warga masih bersikukuh menolak. "Pemdes tetap mengikuti kemauan warga," imbuhnya. Penolakan itu terjadi setelah pemilik mendirikan kandang baru. Sebelumnya, sudah ada satu kandang dengan kapasitas sekitar 2.000 ekor. Lokasi kandang juga tidak terlalu jauh dari pemukiman. "Pemilik mendirikan kandang baru. Sebelumnya sudah ada kandang yang beroperasi. Dekat pemukiman," ujarnya. Dua spanduk yang dipasang warga, dimasukkan ke media sosial, oleh pemilik akun @bangpoerslalu. Spanduk yang mengatasnamakan warga dari dua rukun tangga (RT). Masing-masing RT 17 dan 16 RW 6. Dalam banner itu tertulis kalimat “Kami warga Desa Mipiran khususnya warga RT 17 dan 16 RW 06 dengan tegas menolak berdirinya kandang ayam dengan skala besar di lingkungan pemukiman warga”. Lalu spanduk satunya bertuliskan “Untuk mengatasi wabah lalat dan bau tidak sedap masyarakat memutuskan kandang ayam harus ditutup, pada pihak terkait tolong dengarkan keluhan masyarakat”. "Ada juga alasan warga menolak karena khawatir polusi dan bau tidak sedap," kata Daryoto. (amr)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: