Jateng Di Rumah Saja Bikin Omset Turun, Pedagang Nekat Jualan, Sepi Pembeli di Purbalingga
SEPI: Suasana PFC di Kelurahan Purbalingga PURBALINGGA - Pusat kuliner Purbalingga Food Center (PFC) di Kelurahan Purbalingga Kidul,. Kecamatan Purbalingga, sepi pembeli, saat pemberlakukan Jateng di Rumah Saja, Sabtu dan Minggu (6-7/2). Mereka tetap berjualan, karena dalam SE Bupati Purbalingga, tak diwajibkan tutup, namun hanya dihimbau tutup saja. Berdasarkan pantauan Radarmas di PFC, sejumlah pedagang memilih tutup. Namun, sebagian lainnya tetap membuka kiosnya. Meski, demikian masih ada sejumlah pembeli yang datang ke lokasi relokasi Pedagang Kali Lima (PKL) Alun-alun Purbalingga ini. https://radarbanyumas.co.id/pkl-kuliner-kya-kya-mayong-pilih-tutup-takut-tak-ada-pembeli/ Salah satu pedagang PFC yang tetap buka adalah Nurhayati. Pedagang ayam goreng ini tetap membuka lapaknya, meski dirinya sudah mendapatkan surat dari dari instansi terkait, terkait himbauan untuk tetap di rumah saja, selama dua hari. "Saya sudah mengetahui adanya himbauan pemerintah untuk di rumah saja. Tapi saya tetap berjualan. Karena dalam surat pemberitahuan dari Dinperindag, kami boleh jualan asalkan mematuhi PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakt) tahap II," akunya. https://radarbanyumas.co.id/pasar-terminal-dan-pertokoan-di-purbalingga-disemprot-desinfektan/ Dia mengaku tetap berjualan meskipun waktu untuk membuka lapaknya dibatasi oleh aturan dalam SE Bupati atau pun surat dari Dinperindag. "Meski pengunjung sedikit, tapi lumayan ada yang beli," katanya, Sabtu (6/2). Raisa, pedagang Makaroni Telur juga mengalami penurunan omset, karena dirinya tetap nekat buka saat pemberlakukan Program Jateng di Rumah Saja. Dia mengaku, omsetnya terjun bebas terjadi setelah dipindah dari Alun-alun ke PFC. Hal itu, diperparah adanya kebijakan pemerintah dalam PPKM baikpun program Jateng di Rumah Saja. "Waktu di alun-alun omset Rp 500 ribu per hari. Sekarang di PFC hanya Rp 200 hingga Rp 300 ribu per hari. Adanya PPKM dan Program Jateng di Rumah Saja semakin menurunkan pendapatan saya, hingga hanya Rp 100 ribu per hari," ungkapnya. Berbeda dengan pedagang di PFC yang sebagian tetap buka, hal berbeda terjadi di sentra kuliner Kya-kya Mayong. Pedagang di sentra kuliner yang terletak di barat Alun-alun Purbalingga ini, sepakat tutup selama program Jateg di Rumah Saja. Hal itu, terlihat tak ada satu pun tenda PKL yang berdiri di sepanjang Jalan Wirasaba, yang menjadi lokasi Kya-kya Mayong. Mereka sepakat tutup, meskipun masih diperbolehkan berdagang dengan sejumlah syarat. "Kami sepakat tutup selama dua hari," kata Agus, pedagang mie ayam di Kya-kya Mayong. (tya)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: