Lima Desa Wisata di Cilacap Mundur, Pemkab Lakukan Evaluasi Menyeluruh
Kondisi desa wisata di Kesugihan Kidul.-RAYKA/RADARMAS-
CILACAP, RADARBANYUMAS.CO.ID - Lima desa wisata di Kabupaten Cilacap memilih mundur dari status sebagai desa wisata setelah masa kepengurusannya berakhir pada 2024 lalu. Kelima desa tersebut adalah Desa Karangsari (Adipala), Kesugihan Kidul, Mentasan (Kawunganten), Mandala (Jeruklegi), dan Cisuru (Cipari).
Kepala Bidang Destinasi Pariwisata pada Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Kabupaten Cilacap, Titi Suwarni menjelaskan, pengunduran diri lima desa itu merupakan bagian dari mekanisme yang berjalan sesuai dengan ketentuan yang ada.
"Desa wisata yang terbentuk sejak 2020 kini memasuki masa evaluasi setelah empat tahun. Sesuai Perda Nomor 2 Tahun 2019 tentang pemberdayaan desa wisata, memang harus dinilai kembali apakah status dan aktivitasnya masih layak dilanjutkan," jelas Titi, Rabu (3/7/2025).
Dengan demikian, Cilacap saat ini memiliki 25 desa wisata aktif. Namun, pada awal 2025, dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap semuanya, baik dari aspek administrasi, pengelolaan, hingga perkembangan kegiatan wisata di lapangan.
BACA JUGA:Desa Wisata di Cilacap Ditambah Dongkrak Pariwisata dan Ekonomi Warga
"Lima desa itu menyatakan mengundurkan diri karena dinilai belum menunjukkan geliat yang cukup. Tapi tidak ada larangan bagi mereka untuk kembali mendaftar sebagai desa wisata jika nantinya sudah siap dan potensinya berkembang," lanjutnya.
Proses evaluasi berlangsung bertahap. Mulai Juli hingga Agustus dilakukan penilaian dokumen administratif, kemudian dilanjutkan dengan penilaian lapangan pada September-Oktober. Hasilnya akan menentukan klasifikasi baru desa wisata di Cilacap.
"Setelah evaluasi, akan keluar Surat Keputusan dari Kepala Dinas Pariwisata mengenai klasifikasi desa wisata, apakah masih rintisan, berkembang, atau sudah maju. Lalu ditetapkan dengan SK Bupati," ujar Titi.
Menurutnya, pada 2024 lalu seluruh desa wisata di Cilacap masih berstatus rintisan. Namun, pihaknya optimistis pada tahun ini ada yang naik tingkat berdasarkan nilai dan perkembangan yang ditunjukkan.
Titi menambahkan, peluang bagi desa lain untuk menjadi desa wisata tetap terbuka, namun kini lebih selektif. "Kami tidak ingin asal-asalan. Harus sesuai aturan dan betul-betul siap. Minimal harus punya paket wisata yang jelas, potensi kunjungan, dan bisa menggerakkan ekonomi warga," pungkasnya.
Langkah evaluatif ini diharapkan dapat mendorong desa-desa wisata yang ada untuk lebih aktif mengembangkan potensi lokal dan berinovasi dalam menarik minat wisatawan. (ray)
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:


