Tanaman Mati Saat Harga Melonjak, Petani Cabai di Baturraden Malah Merugi

Tanaman Mati Saat Harga Melonjak, Petani Cabai di Baturraden Malah Merugi

Risun, tengah mencabuti tanaman cabainya yang sudah mengering, Senin (16/12/2024).-DIMAS PRABOWO/RADARMAS-

BANYUMAS, RADARBANYUMAS.CO.ID - Nasib pahit dialami para petani cabai di Baturraden, Kabupaten Banyumas. Meskipun harga cabai di pasaran saat ini tengah melonjak tajam hingga Rp 30.000 per kilogram sejak pertengahan Desember. 

Namun dikalangan petani justru tak bisa menikmati keuntungan karena Ribuan tanaman cabai mereka mati mengering, akibat cuaca ekstrem dan kurangnya perawatan.

Salah satu petani, Risun (40), saat ditemui diladangnya, Senin (16/12/2024), mengungkapkan bahwa ia menanam 8.000 batang cabai di lahan seluas 1 hektare pada Agustus lalu. 

Sebelumnya, ia sempat memanen cabai pada bulan lalu, saat harga cabai di pasaran hanya Rp 9.000 per kilogram. Harga tersebut jauh dari kata menguntungkan.

BACA JUGA:Harga Cabai Merah Turun, Tahan Laju Inflasi di Cilacap

BACA JUGA:Harga Komoditas Cabai di Pasar Tradisional di Kabupaten Cilacap Merangkak Naik

"Petik pertama pas harga murah, jadi hanya dapat Rp 10 juta. Padahal modal yang saya keluarkan untuk tanam sampai panen itu Rp 30 juta," kata Risun.

Dia menjelaskan, harga cabai terus menurun sejak September. Dari awalnya Rp 15.000 per kilogram, harga anjlok menjadi Rp 10.000, bahkan mencapai titik terendah Rp 7.000 pada awal Desember. Dalam situasi tersebut, perawatan tanaman menjadi pilihan yang sulit.

"Minimal untuk petani bisa untung atau ya tidak rugi itu harga per kilo Rp 20 ribu. Waktu harga anjlok, obat dan pupuk mahal, jadi tanamannya tidak saya rawat lagi," ujar Risun.

Namun, memasuki minggu ketiga Desember, harga cabai mendadak meroket hingga Rp 30.000 per kilogram. Ironisnya, pada saat itu tanaman cabainya telah mati karena cuaca ekstrem dan serangan penyakit yang tak diantisipasi.

BACA JUGA:Harga Cabai Naik, Petani di Banjarnegara Rugi Akibat Gagal Panen karena Serangan Patek

BACA JUGA:Harga Cabai di Pasar Kota Banjarnegara Melonjak Drastis

"Mati karena cuaca ekstrem dan kena penyakit. Seharusnya bisa ditangani kalau diberi obat, tapi karena harga lagi murah, saya biarkan saja. Padahal sekarang harga mahal," ujar Risun.

Akibat kondisi ini, Risun mengalami kerugian besar. Dari investasi Rp 30 juta, ia hanya mendapatkan Rp 10 juta dari panen pertama. Sisanya, cabai yang tersisa membusuk.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: