Komunikasi Transendental di Bulan Ramadan

Komunikasi Transendental di Bulan Ramadan

M. Alfian Nurul Azmi, S.Ud., S.T., M.Sos., Ketua Program D1 Pend. Kemuhammadiyahan FAI UMP--

Dalam shalat berkonsentrasi penuh kepada Tuhan, seolah-olah sedang melihat Tuhan. Komunikasi spiritual antara manusia dan Tuhan, bila direnungkan secara seksama, sesungguhnya dipengaruhi oleh suara hati yang bersih. Suara hati yang bersih inilah yang disebut kecerdasan spiritual. 

Khusus tentang berdoa, sesungguhnya sedang meminta dan memohon kepada sesuatu yang lebih dari manusia, yaitu Tuhan (Allah). Ketika sedang memohon, sedang berkomunikasi secara transendental. Bahkan doa yang sering diucapkan oleh kaum muslimin dan muslimat setelah salat, "Ya Allah, berilah kami kebaikan didunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka," 

Oleh karena itu, Ramadan kali ini harusnya menjadi momentum bagi manusia untuk membangun keharmonisan komunikasi dengan Allah Subhanahu wa taala. 

Hal ini sebagai perwujudan habluminnallah atau hubungan dengan Allah Subhanahu wa taala, sebagaimana dalam konsep Ihsan yaitu beribadahlah kamu seakan akan kamu melihat Allah dan jika tidak bisa sesungguhnya Allah melihat kamu.

Maka, ketika manusia melakukan Ibadah, sesungguhnya manusia sudah berkomunikasi dengan Tuhannya, termasuk Ketika manusia menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan juga bagian dari komunikasi dengan Allah Subhanahu wa taala.

Berkaitan dengan Ibadah puasa, komunikasi transendentalnya juga dimulai dari turunnya surat Al- Baqarah ayat 183 tentang kewajiban menjalankan ibadah puasa. 

Pesan dalam komunikasi habluminallah yang terjadi antara Allah, Malaikat Jibril, dan Rasul Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, yang kemudian diteruskan oleh Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam kepada manusia-manusia yang beriman. Maka, terjadi proses penyampaian pesan spiritual agama kepada manusia yang beriman.

Hal ini bisa dilihat dari dampak komunikasinya, di mana manusia yakin akan kebenaran pesan dalam komunikasi transendental tersebut. Manusia dengan ikhlas dan riang gembira menyambut puasa Ramadan dan sedih saat Ramadan telah berakhir. Wallahu alam Bishawab. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: