Ramadan Bulan Metamorfosis

Ramadan Bulan Metamorfosis

Dr. Eko Muharudin, S.S., M.Pd. Dosen PBSI FKIP UMP--

Dr. Eko Muharudin, S.S., M.Pd.
Dosen PBSI FKIP UMP


Dalam ilmu biologi terdapat istilah metamorfosis. Metamorfosis adalah perubahan bentuk, susunan, atau peralihan bentuk yang dialami oleh hewan (KBBI, 2000). Proses ini, misalnya dapat kita lihat pada perubahan ulat menjadi kupu-kupu. Ulat akan berpuasa dalam wujud kepongpong. Ulat yang awalnya dianggap hama dan menakutkan karena wujudnya bermetamorfosis menjadi kupu-kupu yang indah warna dan elok wujudnya. Dalam buku Joyfull Butterfly (Manlan, 2022), kupu-kupu memiliki paras yang sangat cantik dengan warna-warni indah pada bagian sayapnya. Keindahan kupu-kupu kerap kali menjadi lambang dari perjuangan dan rasa cinta.

Bila kita tilik lebih lanjut, metamorfosis pada kupu-kupu dapat menjadi analogi (persesuaian atau persamaan) dalam rangka memaknai bulan Ramadan. Bulan Ramadan yang dijalani oleh umat muslim di seluruh dunia tidak hanya bernilai syariat semata, tetapi juga bernilai untuk menempa dan melatih kita menjadi insan yang mau berubah (bermetamorfosis) menjadi lebih baik. Dalam Al Quran, Surat Al Baqarah, Ayat 183, yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” dapat dijadikan dasar perenungan agar umat Islam mau dan dapat bermetamorfosis menjadi insan yang bermartabat di mata Allah Swt, dalam hal ini menjadi insan yang bertaqwa. Dengan demikian, bulan Ramadan dapat menjadi momentum bagi kaum muslimin untuk berubah menjadi insan yang lebih baik dan bermanfaat bagi lingkungan.

Seorang muslim dalam menjalani ibadah di bulan Ramadan untuk mendapatkan tingkat kedudukan menjadi insan yang lebih bermartabat atau bertaqwa di mata Allah Swt. dapat menggunakan beberapa prinsip.

Pertama, berniat untuk menjadi lebih baik. Dalam buku Fiqih Niat karya Dr. Sulaiman Al Asyqar (2006), niat merupakan tujuan. Dengan kata lain, niat merupakan tujuan atau keinginan untuk mencapai suatu hal. Untuk menjadi insan yang lebih baik dari waktu sebelumnya diperlukan niat yang kuat dan Ikhlas. Hal ini sesuai dengan hadist Rasulullah SAW: “Sesungguhnya amal itu bergantung pada niatnya dan setiap orang akan mendapatkan balasan sesuai dengan apa yang diniatkannya.” (H.R. Bukhari dan Muslim). Seorang muslim harus mempunyai niat yang kuat dengan dasar keimanan dalam menjalani ibadah Ramadan sehingga diharapkan semua amalan-amalan kebaikan di bulan Ramadan dapat dijalankan secara konsekuen.

Kedua, bersikap dengan lila lan legawa. Sebagai seorang muslim harus bersifat ikhlas dan tulus menahan lapar, haus, dan hawa nafsu di bulan Ramadan. Hal ini merupakan latihan (tempaan) untuk menjadi insan yang peka sosial dan kuat menahan emosi.

Ketiga, bertindak dengan mencerminkan Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Seorang muslim harus dapat bertindak lemah lembut kepada sesama makhluk Allah Swt, misalnya bertutur santun dan selalu menjunjung toleransi dalam pergaulan sehari-hari. Prinsip-prinsip tersebut diharapkan dapat dimaknai dan dijalani bagi kaum muslimin agar mendapat predikat umat yang bertaqwa dan tinggi derajatnya di hadapan Allah Swt.

Dengan demikian, seorang muslim harus berniat tulus dan ikhlas untuk berubah menjadi lebih baik karena Allah Swt. dalam menjalani amalan Ramadan. Hal ini ibarat metamorfosis ulat menjadi kepongpong (berpuasa) untuk menjadi kupu-kupu yang indah dan elok dipandang. Namun, janganlah kita seperti ular yang berpuasa hanya untuk berganti kulit. Tabiat atau karakternya tidak berubah dan membahayakan makhluk lain. Naudzubillah min dzalik. Wallahu ‘alam bishawab. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: