Banner v.2
Banner v.1

Harap-harap Cemas Pemimpin Baru Banyumas

Harap-harap Cemas Pemimpin Baru Banyumas

Dr. Edi Santoso, Dosen Fisip Unsoed.-UNSOED UNTUK RADARMAS-

Oleh: Dr. Edi Santoso, Dosen Fisip Unsoed

RADARBANYUMAS.CO.ID - Apa yang tidak dimiliki Banyumas, coba? Hampir semuanya ada di Banyumas. Sumber daya alam, kekayaan sejarah dan kebudayaan, SDM, melimpah ruah di wilayah ini. Baiklah, Banyumas tak punya laut, tapi punya gunung tertinggi di Jawa Tengah. Bentangan alamnya begitu indah, dengan begitu banyaknya curug yang wah.

Sejarah Banyumas begitu agung dinarasikan, baik dalam versi babad Pasir Luhur (Sunda) atau babad Wirasaba (Jawa). Budayanya unik, sebagai entitas sisi barat daya Jawa Tengah. Di masa kini, tren metropolitan Banyumas rasanya tidak ketinggalan. Ada wilayah Purwokerto yang terus melaju dengan wajah perkotaannya.

Keberadaan lembaga-lembaga pendidikan ternama telah menjadi magnet orang-orang luar datang ke Banyumas. Meski tak punya bandara, akses ke daerah ini tak ada kendala. Semua kereta jalur Selatan Jawa melewatinya. Dunia medsos makin mempopulerkannya, terutama oleh para influencer yang kadang terasa melebih-lebihkannya.

Namun, semaju apakah Banyumas sebenarnya? Menurut data BPS, hampir 12 persen warga Banyumas masuk kategori miskin di tahun 2024. Hampir 70 ribu orang tercatat sebagai pengangguran terbuka di tahun yang sama. Rata-rata pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) hanya 3,27% dalam lima tahun terakhir.

Tentu ada harapan besar, dengan segala potensinya, Banyumas bisa lebih bersinar. Setiap ganti pimpinan, kita selalu menyimpan harapan. Sadewo-Lintarti baru saja dilantik Kamis lalu, sebagai nahkoda baru Kabupaten Banyumas. Seberapa besar harapan kita untuk satu-satunya pasangan yang berkontestasi di Pilkada lalu ini?

Dengan latar belakang sebagai politikus-saudagar, Sadewo punya modal untuk membawa Banyumas menjadi lebih baik. Apalagi sebelumnya juga sudah punya pengalaman sebagai wakil bupati selama lima tahun.

Cara berpikir ala pedagang yang taktis-strategis, bisa mengoptimalkan aset-aset yang dimiliki pemerintah. Betapa banyak aset pemerintah, misalnya tanah eks bengkok, yang selama ini terlantar begitu saja (idle asset).

Apalagi modal politiknya juga kuat. Dengan didukung oleh semua parpol, pasangan Sadewo-Lintarti mestinya bisa menjamin stabilitas politik. Kebijakan eksekutif bisa nge-gas, karena paralel dengan restu legislatif.

Eh tapi, kondisinya bisa juga sebaliknya. Orang justru bisa merasa cemas, ketika eksekutif dan legislatif suaranya seirama. Tak ada kontrol. Kebijakan dibuat elitis, ekses wajar dari suasana oligarkis.

Melihat postur APBD Banyumas juga bikin kita cemas. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Banyumas 2024 masih di bawah Rp 1 triliun. APBD kita masih mengandalkan transfer pemerinta pusat. Di tahun yang sama, pendapatan transfer dari pemerintah pusat ini sekitar Rp 2,5 triliun. Jadi, hampir 70% sumber APBD berasal dari pusat.

Kita perlu cemas, apalagi pemerintahan Prabowo sedang melakukan efisiensi (baca: pemotongan anggaran) besar-besaran. Presiden Prabowo telah menginstruksikan pemotongan anggaran sebesar Rp306,69 triliun, dengan Rp50,59 triliun di antaranya berasal dari Transfer ke Daerah (TKD). Lalu, bagaimana dengan nasib APBD Banyumas tahun 2025?

Secemas apapun, kita tetap harus menyimpan harapan. Kita beri kesempatan pemimpin baru ini. Toh bagi pemimpin yang hebat, berbagai persoalan itu lebih merupakan tantangan yang menyimpan peluang-peluang baru. PAD bisa digenjot, transfer pemerintah pusat pun tetap bisa diamankan dengan lobi politik yang kuat.

Setidaknya, Bupati punya modal sosial yang kuat. Masyarakat Banyumas itu pekerja keras. Mudah dipimpin dan loyal pada pimpinan. Begitulah para budayawan menjelaskan, yang tercermin dalam filosofi ‘kebo cinancang dhadhung adhi’.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait