Unsoed Latih Santri Al Amin Purwokerto Angkat Isu Gender Lewat Cerpen
Kegiatan pengabdian masyarakat Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) bertajuk “Pelatihan Penulisan Cerita Pendek Berbasis Gender” di Pondok Pesantren Al Amin Grendeng, Purwokerto.-TIM PENGABDIAN MASYARAKAT UNSOED-
PURWOKERTO – Pondok Pesantren Al Amin Grendeng, Purwokerto, menjadi lokasi pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat bertajuk “Pelatihan Penulisan Cerita Pendek Berbasis Gender”. Kegiatan ini difasilitasi oleh tim pengabdian masyarakat Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) yang diketuai oleh Tri Wahyu Setiawan Prasetyoningsih, S.S., M.Hum. dan beranggotakan Dr. Aidatul Chusna dan Tri Murniati, Ph.D. melalui skema hibah DRTPM (Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat).
Program ini dirancang untuk menumbuhkan kesadaran gender sekaligus meningkatkan kemampuan literasi santri melalui media sastra. Sebanyak 20 santri terpilih mengikuti pelatihan intensif, mulai dari pengenalan literasi gender dalam perspektif Islam hingga praktik menulis cerita pendek bertema kesetaraan.
Pelatihan literasi gender dan penulisan cerpen berlangsung selama tiga hari, yaitu 26 Juli, 2 dan 3 Agustus 2025. Kegiatan tersebut menghadirkan Dr. Siti Machmiah, M.A. sebagai narasumber utama dengan materi pentingnya pemahaman gender dalam kehidupan sosial dan pendidikan, serta nilai-nilai gender yang dapat diinternalisasi di lingkungan pesantren.
Setelah sesi literasi gender, pelatihan dilanjutkan dengan pelatihan penulisan cerpen dengan narasumber Ambhita Dhyaningrum, S.S., M.Hum., seorang penulis sekaligus dosen Program Studi S1 Sastra Inggris, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Materi pelatihan mencakup teknik menulis kreatif, membangun karakter, menyusun alur cerita, hingga menyampaikan pesan kesetaraan gender secara efektif dalam bentuk fiksi.
BACA JUGA:Mendapatkan Uang dari Menulis Cerpen? Begini Caranya
Para santri tidak hanya diberi teori, tetapi juga didampingi langsung dan intensif dalam proses kreatif menulis. Hasilnya, sebanyak 16 peserta berhasil menghasilkan cerita pendek bertema gender yang akan diterbitkan dalam bentuk antologi cerpen berjudul Menafsir Ulang Gender di Pesantren. Sebagai puncak dari rangkaian kegiatan, buku tersebut akan diluncurkan pada momentum Hari Santri, 22 Oktober 2025 mendatang.
Kegiatan ini tentunya sebagai respon atas dua permasalahan utama yang dihadapi oleh Pondok Pesantren Al Amin, yaitu rendahnya literasi gender dan minimnya produktivitas karya sastra santri. Sebelumnya, wadah digital “Pena Santri” belum optimal terisi karena keterbatasan kemampuan teknis menulis dan minimnya pendampingan. Maka, pihak pesantren menyambut baik kegiatan ini dan menyatakan komitmennya untuk melanjutkan program secara mandiri. Salah satunya melalui pembentukan “Komunitas Penulis Santri” dan agenda bulanan kegiatan menulis yang dikoordinasi oleh pengurus pesantren.
Kegiatan ini menjadi awal dari budaya literasi kreatif yang kritis gender dan islami sehingga sastra bisa menjadi media edukasi yang kuat. Program ini diharapkan mampu melahirkan para cerpenis dari sudut pandang santri yang dapat membuka dan membeerikan wawasan baru dalam kajian gender dan sastra pesantren dalam khasanah sastra Indonesia. Kegiatan ini juga sekaligus memperkuat peran pesantren sebagai pusat pengembangan ilmu, spiritualitas, dan kesadaran sosial. (*)
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:


