Ancaman Krisis Pangan Laut, Hasil Tangkapan Ikan TPI Sentolo Kawat Anjlok Ratusan Ton di Puncak Panen
Nelayan di Sentolo Kawat sedang memperbaiki jala untuk ditebar ke laut.-RYNALDI FAJAR/RADARMAS-
CILACAP, RADARBANYUMAS.CO.ID – Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Sentolo Kawat, Kabupaten Cilacap, mencatat kondisi darurat perikanan setelah hasil tangkapan laut anjlok hingga ratusan ton selama puncak musim panen tahun 2025. Periode emas nelayan, yang seharusnya berlangsung dari Juli hingga Agustus, kini berubah menjadi periode terburuk yang pernah dialami KUD Mino Saroyo dalam beberapa tahun terakhir.
Muanah, pengurus Koperasi Unit Desa (KUD) Mino Saroyo yang bertanggung jawab mengelola TPI Sentolo Kawat, membeberkan data perbandingan yang sangat kontras antara tahun 2024 dan 2025, sekaligus menyoroti dampak ekonomi yang kini dihadapi ribuan nelayan anggota KUD.
"Puncak panen ikan biasanya berada di bulan Juli sampai Agustus. Namun pada 2025 ini, penurunan drastis sangat terasa. Kami benar-benar merasakan musibah ini. Hasil tangkapan berkurang hingga lebih dari 80 persen," ujar Muanah, yang akrab disapa Ana, dengan nada prihatin.
Penurunan paling mencolok terjadi pada bulan Juli. Ana menjelaskan, pada Juli 2024, nelayan Sentolo Kawat berhasil mencatat hasil tangkapan tertinggi mencapai 530.906 kilogram dengan nilai lelang fantastis mencapai Rp 1.011.047.600.
Angka ini anjlok drastis di Juli 2025, di mana total tangkapan hanya menyentuh 73.250 kilogram, dengan nilai jual yang ikut merosot tajam menjadi Rp 306.361.350. Penurunan volume tangkapan mencapai sekitar 457 ton hanya dalam satu bulan. Kontras serupa berlanjut pada Agustus. Di tahun 2024, nelayan masih berhasil melelang 127.422 kilogram ikan senilai Rp 1.114.879.800.
Namun, hasil tangkapan pada Agustus 2025 hanya mencapai 21.564 kilogram, dengan perolehan nilai hanya Rp 90.223.300. Muanah menambahkan bahwa meski ada sedikit peningkatan volume tangkapan di bulan September 2025, yaitu 13.789 kilogram dibanding 12.609 kilogram pada September 2024, kenaikan ini tidak mampu menutupi kerugian. Total nilai lelang di September 2025 tercatat Rp 60.636.600, jauh di bawah Rp 115.502.700 pada September tahun sebelumnya.
Muanah menduga, penurunan hasil tangkapan yang mencapai puluhan hingga ratusan ton ini disebabkan oleh faktor lingkungan dan perubahan iklim yang kini semakin tak menentu.
"Kami menduga ada faktor lingkungan dan cuaca ekstrem yang membuat ikan menjauh dari perairan dangkal atau mengubah pola migrasi mereka. Laut kita tidak lagi bisa diprediksi," jelas Ana.
BACA JUGA:Cuaca Buruk, Tangkapan Ikan Nelayan di PPS Cilacap Menurun Drastis
Penurunan hasil tangkapan yang ekstrem ini sontak memberikan dampak ekonomi yang berat bagi nelayan. Muanah menjelaskan, bagi banyak nelayan tradisional, musim panen adalah waktu untuk melunasi utang biaya operasional dan menabung untuk biaya hidup di luar musim.
"Kalau hasilnya anjlok ratusan ton begini, bagaimana nasib para nelayan? Mereka terancam kesulitan untuk menutup biaya melaut, apalagi menafkahi keluarga," tutup Ana. (rey)
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:

