5. Raga yang Kerasukan Saat Pertunjukan adalah Wadah Bagi Sang Leluhur
Tidak sembarang orang bisa dirasuki. Sang penari terpilih memang sudah menjadi wadah dari roh tersebut.
Sudah ada tempatnya masing-masing, termasuk makanannya pun sudah masing-masing.
6. Tiap Leluhur Punya Lagu Favorit Masing-masing Saat Merasuki Raga Penari
Setiap roh memiliki lagu kesukaannya sendiri, baik itu digunakan untuk memanggil maupun saat pulang.
Tak hanya lagu kesukaan, setiap roh pun punya makanan kesukaan yang berbeda-beda, misalnya sesaji.
BACA JUGA:Memahami Kesenian Tradisional Jawa Tengah yang Memikat Melalui Tari Ebeg Banyumasan
BACA JUGA:Filosofi Grebeg Pagar Petilasan di Desa Plana, Maknanya Patut Dicontoh
7. Banyak Adegan Diluar Nalar dan Sulit Dilakukan Manusia
Saat salah satu atau beberapa penari kerasukan arwah yang diyakini sebagai arwah leluhur. Ada beberapa hal diluar nalar yang tidak bisa dilakukan oleh manusia.
Biasanya, penari yang kerasukan akan memiliki kekebalan fisik, seperti kekebalan terhadap pukulan musuh atau benda keras, goresan senjata tajam, bahkan yang sering kita tahu adalah memakan beling atau pecahan kaca dan silet.
8. Tetap Mengacu pada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW
Bersinggungan dengan hal gaib membuat tari ebeg menuai beragam opini masyarakat.
Meski telah menjadi bagian dari tradisi kebudayaan Indonesia, pandangan masyarakat tetap berbeda. Tak sedikit orang yang menganggap bahwa seni tari ebeg adalah musyrik.