"Jadi masih ada yang perlu dipelajari lagi. Sudah bisa yang ini, tapi di bagian lainnya masih belum bagus," paparnya.
Sampai saat ini, sudah ada sekitar 10 panggung yang dijajal, baik sebagai dalang atau sinden. Agar kuliahnya tidak keteteran, kuantitas job dibatasi. Sebulan maksimal 10 kali.
"Hasilnya Alhamdulillah. Sudah bisa mandiri, tidak minta uang orang tua lagi dan sudah bisa bayar kuliah sendiri," kata perempuan yang saat ini mengambil Jurusan Pengembangan Masyarakat Fakultas Dakwah UIN Saizu Purwokerto.
Karena gemar jalan-jalan, job luar kota juga bakal diambil. Yang terbaru dia baru sama tampil di Kalimantan.
BACA JUGA:Warisi Kesenian Sejak 1985, Kesulitan Cari Generasi Muda yang Ikut Melestarikan
"Akhir Juli baru dari Kalimantan. Ini sebentar lagi mau ke Banjarnegara," ucapnya.
Menjadi dalang di usia yang masih muda, diakui beberapa kali sempat diremehkan. Tapi soal itu ia tidak mau ambil pusing.
"Tidak dipikirin. Soalnya dengan mendalang dan menjadi sinden, bisa beli apa yang aku mau. Dan bisa check out keranjang kuning tanpa pusing-pusing," paparnya.
Ia juga mengaku miris, saat ini budaya asli Indonesia seperti wayang dan sinden kurang begitu diminati anak-anak muda. Untuk itu, dia punya mimpi bisa punya sanggar seni sendiri.
"Pengin bikin sanggar. Yang nanti anak-anak muda bisa belajar seni kapanpun mereka mau," pungkasnya. (*)