"Pas tahu aku mau mendalang, bapak kaget dan seneng. Dari dulu ngga pernah mau latihan, sekarang malah mau mendalang," tuturnya.
Dikatakan, pentas pertamanya di Lapangan Cilongok. Tanggalnya dia ingat betul, 7 Desember 2019.
"Rektor suka budaya panginyongan, kemudian ada UKM karawitan di UIN. Jadi disuruh bikin acara sendiri, biar nantinya bisa dijadikan UKM khusus. Tapi rektor maunya dalang dari mahasiswa. Nah dari teman-teman merekomendasikan saya jadi dalang," terangnya.
BACA JUGA:Tunjukkan Santri Bisa Bersaing di Kompetisi Teknologi Tingkat Internasional
BACA JUGA:Bawa Praktek Harian saat Penilaian Festival, Lulu Indah Nurani Sabet Juara 2 Tingkat Nasional
Alasan dia dipilih sederhana. Bapaknya seorang dalang. Temannya punya keyakinan, jika dia sudah tentu bisa mendalang.
Mendapat mandat itu, dia akhirnya mulai belajar mendalang dengan serius. Semua latihan diawali benar-benar dari nol.
"Februari-Maret 2019 belajar mendalang. Belajar sama bapak. Lalu direkomendasikan belajar ke dalang perempuan Bu Sopiah," ucapnya.
Panggung pertama selalu mendebarkan. Hal itu juga berlaku untuknya. Ia deg-degan, karena penontonnya banyak saat itu.
BACA JUGA:Mbekayu Ari Jualan Jamu Tradisional Sejak SMP, Bermula Lima Gelas Hingga Rambah Pasar Luar Negeri
"Setelah itu ada ketertarikan lebih ngulik dalang dan juga di tarik suara," tuturnya.
Selain menjadi dalang, dia juga mendalami sinden. Menurutnya, belajar sinden tidak serumit mendalang.
"Jadi dalang itu tidak gampang. Semua indera jalan. Dari mulai pendengaran, penglihatan, suara, gerakan, hingga pikiran kita harus fokus. Dan itu semua dilakukan secara bersamaan," kata dia.
Dia sendiri adalah anak 'bontot'. Dua saudaranya laki-laki semua. Keduanya juga ingin menjadi dalang. Tapi masih belum bisa terwujud.
BACA JUGA:Impian Puluhan Tahun Warga Desa Pengadegan Dambakan Akses Jalan