Januari 2015, semuanya gelap. Ia sudah tak bisa melihat apapun lagi dengan kedua matanya. "Tentu mental ngedrop, karena pekerjaan visual. Foto-foto. Saya bingung mau kerja apa," tuturnya.
Waktu berlalu dengan pekerjaannya memijat. Sampai belum lama ini, dia ikut serta dalam festival olahraga disabilitas di Banyumas. Ia terpilih mewakili kota Satria.
Dani dan ke-15 atlet disabilitas lainnya bertandang ke Surakarta. Bekal latihan memang belum maksimal, kira-kira baru satu bulan. Itupun dengan segala keterbatasan alat latihan yang dimiliki.
"Selain latihan dengan pelatih, saya juga rutin melanjutkan olahraga di rumah. Seperti push up dan beberapa gerakan lainnya," kata dia.
Dani tidak menyangka mendapatkan medali emas. Jangankan medali, naik podium pun tak terlintas dipikirannya. Namun hasil manis didapatkannya. Dia melihat ada secercah cahaya dikegelapan. Hatinya menggebu untuk bisa mengikuti kejuaraan yang lebih tinggi.
"Saya ingin suatu saat nanti bisa mewakili Indonesia dalam ajang olahraga," tandasnya tersenyum penuh harap. (*)