Dia adalah Dani Dwi Atmaja. Salah satu atlet disabilitas asal Banyumas yang mengikuti kejuaraan provinsi (Kejurprov) olahraga disabilitas tingkat Jawa Tengah 25-27 Oktober 2022 di Surakarta. Saat pulang ke Banyumas, Dani membawa oleh-oleh medali emas.
MAHDI SULISTYADI, Purwokerto
Tepat dalam peringatan Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober lalu, Dani diberi penghargaan oleh Bupati Banyumas Ir Achmad Husein. Dia meraih medali emas dalam cabang olahraga lempar lembing F11.
"Selamat ya," ujar bupati Banyumas serta banyak pejabat di Banyumas usai upacara waktu itu.
Ini adalah kali pertama Dani mengikuti kejuaraan seperti itu. Jangankan soal prestasi, dia bahkan tidak kepikiran untuk bisa ikut kejuaraan tingkat provinsi.
Kebutaan yang dialami Dani tidak terjadi dari lahir.
"Itu diawali tahun 2008 silam. Saat saya mengerjakan tugas akhir, karena saya mengambil D3," tuturnya.
Jurusan yang diambil mengharuskan dirinya fokus di depan komputer. Diakui, dua tidak mengukur diri. Kapan harus berhenti sejenak. Dia terus fokus dengan komputernya saat itu.
Lalu pada suatu momen, Dani mulai merasa ada yang aneh dengan penglihatannya. Dia pun berkonsultasi ke dokter.
"Ada peradangan pada bola mata," kata dia menirukan dokter.
Tahun berikutnya, dia menjalani operasi. Saat itu Dani mulai tahu akan kehilangan penglihatannya. Hancur mentalnya. Hilang cita-citanya. Ia tak tahu harus bagaimana.
Hari-hari terus berganti. Dani dalam keadaan yang tak baik-baik saja. Penglihatannya terus meredup. Ia memahami satu hal, hidup akan terus berjalan meski dia kehilangan penglihatan.
Lalu tahun 2013, dia masuk sekolah pijat di Temanggung. Ia tahu ada yang harus dipersiapkan sebelum semuanya gelap. Di tempat itu pula, mentalnya mulai terbangun. Banyak orang disekelilingnya yang juga merasakan nasib yang sama.
Di tahun 2014, satu tahun setelah ikut pelatihan pijat, dia mulai merasakan pandangan yang semakin redup.
"Seperti saat matahari hendak tenggelam," kata dia.