CILACAP, RADARBANYUMAS.CO.ID - Dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dirasakan oleh warga nelayan di Desa Jetis, Kecamatan Nusuwungu.
Terlebih, masyarakat di desa ini notabenenya adalah nelayan.
Diakui oleh Ketua Nelayan Jetis, Marimun Mariyogi, dalam sekali berangkat melaut, nelayan perahu compreng atau kecil membutuhkan sedikitnya 10 liter BBM.
BACA JUGA:Sempat Buat Arus Lalin Tersendat, Pohon Tumbang di Jalan Lingkar Syekh Maqdum Wali Sudah Ditangani
"BBM perahu nelayan berbeda dengan motor biasa. Kalau motor biasa jarak Jetis ke Widarapayung cukup 1 liter saja. Tapi kalau perahu nelayan harus diisi 10 liter," aku Marimun, Kamis (8/9).
Apalagi, kondisi tersebut diperparah dengan hasil tangkapan nelayan yang sedikit dan kondisi cuaca yang enggan bersahabat.
Dengan kondisi tersebut, mereka harus siap merugi dan tak mendapatkan untung.
BACA JUGA:Empat Tim Liga 3 Promosi ke Liga 2 Musim Depan
"Ya sekarang hasil tangkapan sangat sedikit, hargapun tidak naik-naik. Misal harga udang rebon sekilonya cuma Rp 20 ribu dengan harga BBM yang tak sedikit, nelayan pun tidak mendapatkan untung, hanya cukup untuk bolak-balik saja," kata dia.
Kondisi gelombang tinggi pun menjadi kendala, sudah dua hari ini, ratusan nelayan Jetis tidak melaut.
Alasannya, karena gelombang di perairan Cilacap sangat tinggi, bisa mencapai 4 - 6 meter.
BACA JUGA:Ini Penyebab Genangan di Terminal Bus, Ahmad Yani dan Jalan Mayjend Sungkono Purbalingga
Tak hanya disitu saja, persoalan yang dihadapi nelayan Jetis akibat kenaikan BBM ini juga semakin pelik.
Mereka cukup kesulitan membeli BBM di Pengisian Bahan Bakar Khusus Nelayan (SPBN).
Sebab, sebagian nelayan belum memiliki kartu rekomendasi BBM subsidi.