PEMANTAUAN : Dinas Kesehatan dan instansi terkait melakukan pemantauan makanan di Pasar Hartono, kemarin. Petugas sedang memeriksa sampel makanan. ADITYA/RADARMAS
PURBALINGGA - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Purbalingga beserta instansi terkait, menemukan cumi kering berformalin. Cumi kering ditemukan saat dilakukan pemantauan makanan menjelang Hari Raya Idul Fitri 1440 H, di salah satu kios Pasar Hartono Purbalingga, Senin (13/5).
Kasi Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dinkes Kabupaten Purbalingga Sugeng Santoso mengatakan, dari hasil pengujian sampel yang dilakukan pada cumi kering, kadar formalinnya sedikit. "Meskipun kadarnya sedikit, bahan kimia tersebut tidak dianjurkan dicampur dengan makanan. Karena merupakan bahan pengawet yang berbahaya,” katanya.
Menurutnya, formalin biasa digunakan oleh oknum tidak bertanggung jawab untuk mengawetkan makanan agar awet dan tidak mudah busuk. Serta memiliki tekstur yang kenyal tidak mudah hancur.
"Apabila bahan pengawet ini dikonsumsi secara terus menerus, maka akan menimbulkan efek yang berbahaya bagi kesehatan. Bahan pengawet ini bisa menyebabkan kanker di tubuh dan sangat membahayakan kesehatan,” ujarnya.
Dinkes memberikan imbauan kepada penjual cumi kering untuk tidak menjualnya kembali. “Kalau masih bisa dikembalikan kami imbau pedagang untuk mengembalikan. Tapi kalau memang tidak bisa dikembalikan, sebaiknya dimusnahkan saja biar tidak merugikan pembeli,” jelasnya.
Selain cumi kering yang positif mengandung formalin, tim pemantauan makanan juga menemukan kerupuk yang mengandung pewarna tekstil. Kerupuk mengandung warna merah yang berasal dari rhodamin B dan warna kuning dari metanil yellow.
“Kedua warna tersebut merupakan pewarna tekstil yang berbahaya bagi tubuh,” ujarnya. (tya/sus)