PURBALINGGA, RADARBANYUMAS.DISWAY.ID – Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Purbalingga terus memperkuat pendampingan bagi anak-anak yang terlahir dengan HIV, khususnya dari sisi kesehatan mental. Pendampingan ini dilakukan untuk memastikan anak-anak tersebut tumbuh dengan kesiapan psikologis yang baik sebelum pada waktunya mengetahui kondisi kesehatannya.
Sekretaris KPAD Purbalingga, Semedi, mengatakan berdasarkan data sejak tahun 2011 hingga September 2025 tercatat sebanyak 882 warga ber-KTP Purbalingga terdeteksi mengidap HIV/AIDS. Dari jumlah tersebut, 19 anak diketahui terinfeksi HIV sejak dilahirkan dan hadir dalam kegiatan penyerahan bantuan sepatu dan sembako.
Ia menjelaskan, saat ini sudah tersedia teknologi medis yang memungkinkan ibu dengan status HIV positif melahirkan anak negatif HIV. Namun, teknologi tersebut belum banyak diketahui pada tahun-tahun sebelumnya.
"Mungkin yang 19 ini dulunya belum tahu adanya teknologi tersebut. Jadi setelah lahir baru terdeteksi," ujarnya.
BACA JUGA:Razia Rumah Kos di Banjarnegara, Satu Penghuni Dinyatakan Reaktif HIV
Menurut Semedi, pencegahan penularan dari ibu ke anak hanya bisa dilakukan apabila seorang ibu hamil dinyatakan positif HIV sejak awal kehamilan. Jika kondisi HIV baru diketahui saat usia kehamilan sudah besar, langkah tersebut tidak bisa dilakukan secara optimal.
"Dengan catatan pada awal kehamilan. Kalau kehamilan sudah besar, itu tidak bisa," katanya.
Upaya pencegahan dilakukan melalui konsumsi obat antiretroviral (ARV) secara teratur, pemantauan perkembangan janin oleh dokter, serta tindakan operasi khusus agar bayi tidak tertular HIV. Selain pendekatan medis, KPAD Purbalingga juga memberi perhatian serius terhadap kondisi psikologis anak-anak penyandang HIV sejak lahir.
Semedi menuturkan, tidak semua anak dengan HIV mengalami gangguan psikologis. Namun, berdasarkan hasil asesmen, terdapat sebagian kecil anak yang menunjukkan rasa rendah diri hingga gangguan kecemasan.
BACA JUGA:78 Kasus HIV Aids Ditemukan di Purbalingga, Remaja Mulai Terpapar
"Ada beberapa anak yang merasa rendah diri dan menjadi anxiety, tapi itu hanya sebagian kecil, tidak semua," jelasnya.
Pendampingan rutin dinilai penting, tidak hanya untuk memantau perkembangan mental, tetapi juga untuk mempersiapkan anak-anak tersebut saat suatu hari harus diberi pemahaman terkait kondisi kesehatannya.
"Anak-anak ini harus diberi tahu suatu saat nanti tentang kondisinya. Untuk menyampaikannya, mereka perlu dibimbing agar bisa menguatkan diri, menerima keadaan, dan memahami apa yang harus dilakukan maupun dihindari. Itu nanti disampaikan oleh psikolog berdasarkan hasil monitoring," terangnya.
Dalam asesmen yang dilakukan pada September lalu, KPAD Purbalingga juga menemukan satu kasus anak tingkat SMP yang mengalami kecemasan setelah mengetahui status HIV yang disandangnya. "Saya belum tahu persis dari mana anak ini mengetahui statusnya, tapi saat asesmen ditemukan tanda-tanda kecemasan," ujar Semedi.
BACA JUGA:Soroti Lonjakan Kasus HIV/AIDS, Wakil Ketua DPRD: Fokus Pada Pencegahan!