Banner v.2
Banner v.1

Penonton Terjerat Dracin, Rela Habiskan Uang demi Tuntaskan Rasa Penasaran

Penonton Terjerat Dracin, Rela Habiskan Uang demi Tuntaskan Rasa Penasaran

Dari pegiat Seni, pedagang angkringan, hingga pensiunan sering atau pernah menikmati mikro drama dari negeri Tiongkok, atau terkenal dengan nama Dracin (drama china), dari layar ponselnya.-DIMAS PRABOWO/RADARMAS-

BANYUMAS, RADARBANYUMAS.CO.ID – Fenomena drama Cina berdurasi pendek atau microdrama (dracin) makin menguasai layar gawai masyarakat. Dari pegiat Seni, pedagang angkringan, hingga pensiunan sering atau pernah menikmati mikro drama dari negeri Tiongkok, atau terkenal dengan nama dracin (drama china), dari layar ponselnya.

Tak sedikit penonton yang akhirnya terjebak rasa penasaran dan rela mengeluarkan uang demi menuntaskan alur ceritanya. Salah satunya dialami Yoga Bagus (34), pegiat seni Banyumas sekaligus aktor teater di Sanggar Samudra.

Yoga mengaku mulai menonton dracin sejak dua tahun lalu. Ketertarikannya bermula dari iklan-iklan pendek yang muncul di Facebook dan Instagram. “Awalnya cuma lihat iklannya. Lama-lama kok penasaran, akhirnya nyoba beli kontennya. Dari situ malah keterusan,” katanya, Minggu (7/12/2025).

Ia menyebut, sekali membeli konten bisa menghabiskan Rp 50 ribu hingga Rp 70 ribu. Bahkan pernah sekali transaksi mencapai Rp 350 ribu, namun episode yang ia bayar tak juga selesai. 

BACA JUGA:Sinopsis Genie, Make a Wish, Drama Korea Baru dari Bae Suzy dan Kim Woo-bin

“Saking penasarannya, saya beli terus. Pernah berhenti karena merasa dijebak. Tapi setelah lima bulan, tahu ada yang menayangkan gratisan, saya lanjut lagi nonton,” ujarnya.

Menurut Yoga, daya tarik dracin terletak pada pola ceritanya yang terus menggantung di setiap potongan. 

“Hampir tiap part itu sudah kayak mau klimaks, eh diturunin lagi. Kita dibawa buat ikut benci sama tokoh antagonisnya. Jadi pengin lihat sampai akhir. Kepuasan itu yang nggak saya dapat dari sinetron TV,” jelasnya.

Ia menilai konflik dalam dracin jauh lebih dinamis. Jika sinetron Indonesia biasanya hanya memiliki satu antagonis dan konflik berjalan lambat, microdrama justru menyajikan banyak konflik berganti-ganti. 

BACA JUGA:Warga Binaan Lapas Cilacap Bikin Haru Lewat Drama Musikal

“Antagonisnya selalu ada saja. Multi konflik. Itu yang bikin terus ingin lanjut,” tuturnya.

Fenomena candu dracin ini turut diamati oleh Dr. Ugung Dwi Ario Wibowo, M.Si., Psikolog. Menurutnya, microdrama dirancang untuk menstimulasi rasa ingin tahu secara intens. Dengan durasi hanya 1–5 menit per bagian dan teknik potongan adegan yang sengaja menggantung, penonton terpancing untuk terus mengakses bagian berikutnya.

“Format dracin memang spesifik dibuat untuk konsumsi vertikal melalui gadget. Satu judul bisa ratusan part. Produksinya murah, pendek, dan fokus pada eksplorasi emosi. Setiap episode dipoles agar benar-benar menguras emosi penonton,” jelasnya.

Psikolog yang juga Dosen serta Wakil Dekan Satu Fakultas Pasikologi UMP itu menyebut, kemunculan dracin makin kuat karena mudah diakses di berbagai platform seperti Instagram, Facebook, YouTube, hingga TikTok. Ceritanya pun dekat dengan kehidupan sehari-hari penonton Indonesia. 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: