Salma, Gadis Mipiran yang Tak Pernah Bermimpi Jadi Atlet Tembak, Kini Ukir Emas Popnas 2025

Kamis 20-11-2025,06:51 WIB
Reporter : Alwi Safrudin
Editor : Bayu Indra Kusuma

DI BALIK riuh sorak kemenangan Popnas 2025 yang digelar awal November lalu, terselip kisah yang tak pernah dibayangkan pemiliknya sendiri. Salma Arum Nadhifah, siswi kelas 12 SMAN 1 Padamara, muncul sebagai bintang baru cabang menembak. Bukan karena ia berasal dari keluarga atlet, bukan pula karena ia bercita-cita menjadi penembak sejak kecil. Semuanya berawal dari ajakan sederhana seorang paman.

ALWI SAFRUDIN, Purbalingga

Salma pulang dari Popnas membawa dua medali untuk Jawa Tengah: emas beregu putri nomor 10 meter air rifle dan perunggu pada nomor mix putra-putri. Prestasi tertinggi yang pernah ia raih, menjadi penanda perjalanan panjangnya yang penuh jatuh-bangun.

Gadis asal Desa Mipiran, Kecamatan Padamara itu jujur mengakui, dulu ia sama sekali tidak membayangkan akan memegang senapan tembak.

BACA JUGA:Kisah Ikhlas Guru SLB, Digaji Rp 800 Ribu/Bulan, Prihatin Bekerja Sebagai Ibadah Untuk Akhirat

"Awalnya cuma diajak paman. Katanya ada pelatih tembak yang mau melatih anak. Karena lagi nggak ada kegiatan, ikut saja," ujarnya.

Sang paman sendiri bukan atlet menembak, melainkan pelatih silat. Namun pertemuan tak disengaja itu justru membuka jalan baru bagi Salma.

Ia mulai serius berlatih ketika duduk di kelas 10 SMA. Semula mencoba nomor outdoor selama setengah tahun, kemudian beralih ke indoor sebagai persiapan Popda 2024. Debutnya tak mulus. Ia belum berhasil juara. Namun Salma justru semakin penasaran dan terus mengikuti kompetisi. Kapolri Cup, Perbakin Anniversary Senayan, Kejagung Cup, hingga Jo’s di Banyumas semuanya belum membuahkan hasil. Titik balik kecil muncul ketika ia menempati peringkat lima pada Danjen Kopassus Surakarta.

Tahun berikutnya, prestasinya mulai naik. Pada Popda 2025 di Semarang ia meraih juara dua. Di Perbakin Anniversary Senayan 2025 juga kembali merebut juara dua beregu. Sebagai try out jelang Popnas, ia mengikuti Kejagung Cup dan meraih juara tiga beregu. Deretan kegagalan dan pengalaman inilah yang menurut Salma membuat mentalnya semakin kuat.

BACA JUGA:Melihat Lebih Dekat Goa Lorong Kereta Melalui Ekspedisi Goa Purba

Perjuangan menuju Popnas tidak selalu mulus. Selama training camp di Semarang, ia sempat berada pada titik terendah. Target skor minimal 610 belum tercapai dan beberapa kali hasil skoringnya justru menurun.

"Saya sempat sedih banget, hampir nyerah," ungkapnya.

Namun dukungan orang tua, pelatih, dan guru mendorongnya untuk terus bertahan. Ia mengevaluasi diri, memperbaiki hal-hal kecil, dan pelan-pelan berhasil bangkit kembali.

Saat hari pertandingan tiba, ia berhadapan dengan deretan atlet hebat dari berbagai provinsi. Namun pengalaman jatuh-bangun membuatnya tampil lebih tenang. "Menurut saya, lawan terberat bukan orang lain, tapi diri sendiri. Meyakinkan diri supaya tetap kuat dan berani," katanya.

BACA JUGA:Raih Emas di Ajang Internasional, Siti Nur Chalisa Harumkan Nama Purbalingga

Kategori :