Hasil Monitoring Dinperindagkop Pastikan Tidak Ada Beras Oplosan di Purbalingga

Kamis 07-08-2025,12:36 WIB
Reporter : Alwi Safrudin
Editor : Bayu Indra Kusuma

PURBALINGGA, RADARBANYUMAS.CO.ID – Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Dinperindag) Kabupaten Purbalingga memastikan tidak ditemukan adanya peredaran beras oplosan di wilayah setempat.

Hal itu berdasarkan hasil pemantauan yang dilakukan menyusul arahan dari pemerintah pusat dan provinsi.

Pemantauan tersebut telah dilaksanakan pada 17 Juli 2025 lalu. Sejumlah lokasi menjadi sasaran, di antaranya toko modern dan Pasar Segamas.

"Secara umum dan pasti, saat ini di Purbalingga masih aman," kata Kepala Bidang Perdagangan Dinperindag Purbalingga, Wasis Pambudi, Kamis (7/8).

BACA JUGA:Belum Ada Temuan Beras Oplosan di Banyumas

Ia menjelaskan, perbedaan utama antara beras medium dan premium terletak pada banyaknya patahan beras dan kandungan benda lain. Pada beras premium, jumlah patahan maksimal 15 persen, sementara beras medium bisa mencapai 25 persen.

Untuk kandungan benda lain, medium diperbolehkan hingga 0,04 persen, sedangkan premium harus nol persen. Sementara itu, kadar air dan derajat sosoh pada keduanya masih sama.

Terkait rencana pemerintah pusat yang akan menyederhanakan klasifikasi mutu beras menjadi satu jenis beras reguler dengan harga eceran tertinggi (HET) tunggal, Wasis menyebut hal tersebut masih mengacu pada Peraturan Bapanas Nomor 5 Tahun 2024.

Dalam regulasi tersebut, harga beras ditentukan berdasarkan zonasi. Untuk Zona 1 (meliputi Sumatera Selatan, Jawa, Lampung, dan Bali), HET beras medium ditetapkan Rp 12.500 per kilogram dan beras premium Rp 14.900 per kilogram.

BACA JUGA:Marak Beras Oplosan, Ini Dampak Bahaya Konsumsi dan Cara Bedakan dengan Beras Asli

Sementara itu, pedagang sembako di Pasar Segamas, Mono, mengaku saat ini tidak lagi menjual beras premium. Selain karena stok habis, permintaan dari konsumen juga mengalami penurunan.

"Penjualan beras memang agak menurun. Stok kami dari distributor lokal, sedangkan untuk kemasan berasal dari Bulog. Mungkin karena masyarakat banyak yang menerima bantuan beras," ujarnya. (alw)

Tags :
Kategori :

Terkait