RADARBANYUMAS.CO.ID - Program Kampus Berdampak resmi diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) sebagai wujud nyata transformasi pendidikan tinggi di Indonesia.
Menteri Pendidikan Tinggi Brian Yuliarto memperkenalkan program ini tepat pada momen Hari Pendidikan Nasional, menandai babak baru peran kampus dalam pembangunan nasional.
Dalam peluncurannya, Kampus Berdampak bukan sekadar kelanjutan dari Kampus Merdeka, tetapi sebuah loncatan menuju pendidikan tinggi yang relevan dengan kebutuhan masyarakat, industri, dan pemerintah daerah. Program ini menekankan pentingnya kolaborasi antar pihak agar riset, inovasi, dan kegiatan akademik benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas.
Perbedaan mendasar antara Kampus Merdeka dan Kampus Berdampak terletak pada hasil akhir yang dituju. Jika Kampus Merdeka berfokus pada memberikan pengalaman belajar di luar kampus, maka Kampus Berdampak berorientasi pada kontribusi nyata kampus dalam menyelesaikan persoalan sosial, ekonomi, dan lingkungan.
BACA JUGA:Purbalingga Terima Anugerah Merdeka Belajar Kemendikbudristek
BACA JUGA:Ramai UKT Naik di Kampus Negeri, UMP Tawarkan Beasiswa Kemendikbud Untuk Mahasiswa
Sekretaris Jenderal Kemendiktisaintek, Togar Mangihut Simatupang, menjelaskan bahwa program ini mengubah cara pandang terhadap pendidikan tinggi. Indikator keberhasilan tidak lagi sekadar berapa banyak mahasiswa menerima beasiswa, tapi berapa yang berhasil lulus dan langsung mendapatkan pekerjaan sesuai kompetensinya.
Meski demikian, fasilitas dan dukungan yang sudah ada dalam Kampus Merdeka tetap dilanjutkan dan diperkuat. Program-program seperti beasiswa KIP Kuliah, kemitraan dengan industri, dan peluang magang akan diselaraskan dengan visi baru Kampus Berdampak.
Arah Baru Pendidikan Tinggi: Kampus Berdampak sebagai Solusi Sosial dan Inovasi
Kemendiktisaintek melihat perlunya arah baru bagi pendidikan tinggi agar mampu menjawab tantangan zaman yang semakin kompleks. Kampus tidak hanya diharapkan mencetak lulusan, tetapi juga hadir sebagai agen perubahan di tengah masyarakat.
Dalam hal ini, kampus menjadi pusat kolaborasi, inovasi, dan riset terapan yang mampu menjawab isu-isu seperti krisis iklim, tantangan teknologi, dan ketimpangan sosial. Menteri Brian menegaskan bahwa kampus seharusnya terbuka bagi masyarakat, baik secara fisik maupun dalam bentuk akses terhadap ilmu pengetahuan dan fasilitas publik.
BACA JUGA:Beasiswa Unggulan Kemendikbud Beserta Syarat dan Cara Mendaftar
BACA JUGA:Bank Mandiri Salurkan Bantuan Pendidikan Kemenag dan Kemendikbudristek, serta Kartu Tani Kementan
Semangat Kolaboratif dan Inklusif dalam Program Kampus Berdampak
Wakil Menteri Pendidikan Tinggi Fauzan menyatakan bahwa kekuatan utama program ini terletak pada semangat kolaboratif. Kampus dituntut aktif menggandeng industri, pemerintah daerah, serta masyarakat dalam menyusun dan menjalankan program-program yang solutif.
Fauzan meyakini bahwa Indonesia akan menjadi negara maju jika seluruh pihak, terutama lembaga pendidikan tinggi, bergerak bersama. Ia menegaskan pentingnya peran kampus sebagai penggerak perubahan sosial dan pendorong kemajuan ekonomi daerah.