Pulang Kampung, Arif Muttaqin Ubah Luwung Jadi Sentra Ikan Bawal Banjarnegara
Budidaya ikan bawal, Banjarnegara, 7 November 2025.-Pujud Andriastanto/Radar Banyumas-
Tak Takut Memulai dari Nol
SUARA gemericik air kolam berpadu dengan percikan riuh ikan bawal yang berebut pakan. Di bawah terik matahari Desa Luwung, Kecamatan Rakit, seorang pria muda tampak tekun memeriksa satu per satu kolamnya.
PUJUD ANDRIASTANTO, Banjarnegara
Dialah Arif Muttaqin, sosok yang memilih jalan berbeda, meninggalkan kenyamanan kota besar untuk pulang ke desa dan membangun impiannya dari air.
Setelah bertahun-tahun merantau, Arif kembali ke kampung halamannya pada 2020 dengan satu tekad: membudidayakan ikan bawal air tawar. Tak sekadar iseng, ia membawa ilmu, pengalaman, dan semangat pantang menyerah. Kini, empat tahun berselang, usahanya berkembang pesat dengan 27 kolam berisi puluhan hingga ratusan ribu benih ikan bawal di setiap kolamnya.
Namun jalan menuju sukses tak semudah tampak di permukaan air kolam. Arif menekuni bagian paling rumit dari usaha perikanan: pemijahan ikan bawal.
“Proses pemijahan ini tidak mudah, karena harus menggunakan obat dengan dosis yang tepat agar ikan mau memijah,” jelas Arif sambil menunjukkan indukan ikan di kolam pembenihan.
Kesalahan sedikit saja bisa membuat ribuan larva gagal menetas. Karena itulah, dari ribuan petani ikan di Desa Luwung, hanya tiga orang yang berani mendederkan atau memijahkan sendiri ikan bawal. Namun bagi Arif, kesulitan justru berarti peluang.
“Kalau bisa memijah sendiri, kita tidak bergantung pada pasokan dari luar. Jadi perputaran usaha lebih cepat dan biayanya lebih efisien,” ujarnya.
Arif menuturkan, dulu ia sempat mengalami masa-masa sulit. Penyakit ikan, cuaca ekstrem, dan saluran irigasi yang kering kerap mengancam usahanya. Tapi seiring waktu, pengalaman mengajarkannya cara bertahan.
“Sekarang penyakit ikan sudah bukan masalah besar. Saya sudah tahu cara penanggulangan dan pengobatannya,” katanya mantap.
Arif memilih fokus pada usaha benih ikan karena perputaran modalnya lebih cepat dibandingkan pembesaran ikan konsumsi. Dari hasil pemijahan, ia menjual larva ke petani di Kecamatan Rakit dan sekitarnya. Setelah larva itu tumbuh menjadi benih siap jual, ia kembali menampung hasil panen dari petani untuk dipasarkan lebih luas.
“Pasarnya selalu ada, karena bawal ini ikan konsumsi. Pembeli datang dari Tasikmalaya, Ciamis, Jogja, Magelang, sampai Garut,” jelasnya.
Dengan sistem yang saling menguntungkan ini, Arif tak hanya menghidupi keluarganya, tapi juga membuka peluang ekonomi bagi petani ikan lain di desanya. Usahanya menumbuhkan rantai ekonomi kecil yang saling terhubung dari pemijah, petani, hingga konsumen.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:

