Intip 5 Fakta Menarik tentang Benteng Van der Wijck di Kebumen
Benteng Van der Wijck Kebumen -Website https://idsejarah.net/2016/08/benteng-van-der-wijck.html-
Nama tersebut diambil dari seorang pemimpin perang Belanda yang berjuang melawan pejuang Yogyakarta, yakni Frans David Cochius. Konstruksi benteng selesai pada tahun 1844, di masa pemerintahan Gubernur Jenderal Godert Alexander Gerard Philip baron van der Capellen. Benteng ini merupakan satu-satunya benteng berbentuk segi delapan di Indonesia.
BACA JUGA:Liburan Mengesankan di Pantai Watu Bale Kebumen: Tips dan Trik Wisata yang Harus Kamu Ketahui!
BACA JUGA:Pesona Pantai Laguna Lembupurwo, Wisata di Kebumen yang Wajib Dikunjungi
Dengan dua lantai dan lebih dari 32 kamar, benteng ini memiliki luas 3.606 meter persegi dengan empat pintu masuk utama. Tingginya mencapai 9,67 meter dengan cerobong setinggi 3,33 meter.
3. Dialihkan menjadi Pupillen School
Benteng Van der Wijck mengalami perubahan fungsi yang signifikan selama sejarahnya. Antara tahun 1854 hingga 1912, bangunan ini dialihkan menjadi Pupillen School, sebuah sekolah semi-militer untuk orang Eropa dan anak-anak Eurasia dari perkawinan antara serdadu Belanda dan wanita pribumi.
Kemudian, nama bangunan diubah menjadi Benteng Van der Wijck, sesuai dengan nama komandan militer Belanda yang berperan penting dalam sejarahnya. Perubahan ini juga memengaruhi perkembangan sekitar benteng, termasuk pertumbuhan pemukiman militer yang dihuni oleh anggota militer Belanda di Gombong.
Fasilitas lainnya termasuk tempat tinggal di luar kompleks benteng untuk perwira dan pengajar, serta adanya makam, penjara, pos penjagaan, taman, dan rumah sakit.
BACA JUGA:Bukit Watu Tungku, Wisata Gratis Kebumen yang Cocok untuk Tempat Healing
BACA JUGA:Pandan Kuning Park, Wisata Baru dengan Konsep Mini Dufan di Kebumen
4. Menjadi Tempat Pelatihan Pasukan PETA
Setelah Belanda digantikan oleh pendudukan Jepang, Benteng Van der Wijck masih dipertahankan, namun fungsi bangunan berubah menjadi tempat pelatihan pasukan Tentara Pembela Tanah Air (PETA) Jepang. Fungsi ini bertahan hingga Indonesia merdeka, dan kemudian digunakan sebagai barak Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) hingga tahun 1980.
Meskipun masih terkait dengan militer, bangunan ini kemudian diubah menjadi tempat tinggal bagi anggota TNI Angkatan Darat hingga tahun 2000. Sekitaran benteng masih dipenuhi dengan bangunan-bangunan militer, termasuk sekolah TK Kartika Gombong dan kuburan Belanda.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: