Mengenal Bahaya Self Diagnosis bagi Kesehatan yang Perlu Diwaspadai!
Bahaya Self Diagnosis-Freepik-
BACA JUGA:7 Cara Mengelola Kesehatan Mental Siswa Menjelang Ujian, Jadi Tidak Tegang dan Hasil Maksimal!
BACA JUGA:5 Tes Kesehatan Mental untuk Mencegah Gangguan Kejiwaan
2. Kesalahan dalam Penanganan
Bahaya self diagnosis yang kedua yaitu kesalahan dalam penanganan. Jika diagnosis yang ditetapkan tidak tepat, kemungkinan besar penanganan yang diambil juga akan meleset.
Setelah melakukan self diagnosis, seseorang mungkin cenderung membeli obat atau mencoba pengobatan sendiri yang tidak sesuai. Padahal, setiap penyakit memerlukan jenis penanganan, obat-obatan, dan dosis yang berbeda-beda.
Mengonsumsi obat yang tidak sesuai dapat menimbulkan masalah baru dalam kesehatan, memicu efek samping, interaksi obat yang tidak diinginkan, atau bahkan terjadinya ketergantungan pada obat. Meskipun ada obat-obatan yang relatif aman dan tidak menyebabkan efek samping berbahaya, penggunaan yang tidak benar dapat membuat gejala tidak kunjung membaik atau bahkan memperburuk kondisi kesehatan.
3. Potensi Kondisi Kesehatan yang Lebih Serius
Bahaya self diagnosis dan penanganan yang tidak sesuai menyebabkan kondisi kesehatan yang sedang dialami berkembang menjadi lebih serius atau menimbulkan masalah baru yang disebut komplikasi. Ini dikarenakan obat yang dikonsumsi tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap penyakit yang sedang dihadapi.
BACA JUGA:6 Manfaat Mendengarkan Musik Klasik Bagi Kesehatan Mental dan Kehidupan Sehari-hari
BACA JUGA:Lakukan 5 Kebiasaan Harian Ini Untuk Menjaga Kesehatan Mental Anda!
Contohnya, setelah melakukan pencarian informasi sendiri, seseorang mungkin mendiagnosis dan mengobati gejala seperti nyeri dada, sesak napas, dan batuk berdahak sebagai bronkitis. Padahal, gejala tersebut juga dapat menjadi tanda penyakit yang lebih serius, seperti pneumonia atau bahkan penyakit jantung.
Misalkan yang sebenarnya sedang dihadapi adalah pneumonia. Tanpa penanganan yang tepat, pneumonia dapat menyebabkan berbagai komplikasi, termasuk efusi pleura atau kegagalan pernapasan.
Sebaliknya, jika seseorang menganggap gejala tersebut sebagai pneumonia padahal sebenarnya hanya bronkitis, bisa saja ia mengonsumsi obat-obatan yang sebenarnya tidak diperlukan. Hal ini berpotensi menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan.
Meskipun self diagnosis dapat dianggap sebagai bentuk kepedulian terhadap diri sendiri dan kesadaran terhadap perubahan pada tubuh, terdapat bahaya self diagnosis yang pada akhirnya bisa membahayakan kesehatan sendiri.
Untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang akurat, lebih baik berkonsultasi dengan dokter apabila mengalami gejala yang mengkhawatirkan. Jika ingin mendapatkan pendapat tambahan, dapat mencari saran dari dokter atau spesialis lain. Meskipun tetap dapat mencari informasi terkait keluhan atau solusi yang mungkin cocok, namun gunakan sebagai dasar untuk berdiskusi dengan dokter, bukan sebagai pengganti self diagnosis, agar pemahaman terhadap kondisi tubuh lebih mendalam dan pengobatan yang sesuai dapat diperoleh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: