Mengenal Tradisi Potong Jari Suku Dani Papua, Ekstrem Tapi Penuh Makna!

Mengenal Tradisi Potong Jari Suku Dani Papua, Ekstrem Tapi Penuh Makna!

Mengenal Tradisi Potong Jari Suku Dani Papua, Ekstrem Tapi Penuh Makna!-Instagram @lumentutd-

Bentuk dan panjang jari menyimbolkan kesatuan dan kekuatan dalam meringankan beban pekerjaan. Jari-jari bekerja bersama-sama sehingga tangan dapat berfungsi dengan baik. Namun, kehilangan salah satu jari dapat mengurangi kebersamaan dan kekuatan.

Prosesi yang dilakukan dalam tradisi ini cukup mengerikan, di mana para wanita melakukan tradisi potong jari mereka dengan cara menggigit atau kadang-kadang menggunakan kapak atau pisau hingga jari terputus.

Untuk menghentikan aliran darah, jari akan diikat dengan benang hingga mati rasa sebelum akhirnya dipotong. Pada laki-laki, tradisi Nasu Palek melibatkan pemotongan daun telinga menggunakan bilah bambu tajam. Proses ini bisa dibantu oleh kerabat jika yang bersangkutan tidak dapat melakukannya sendiri, tanpa adanya upacara khusus.

Setelah jari terputus, tradisi potong jari ini dianggap terlaksana. Jari yang terpotong akan dibalut dengan daun, dan diperkirakan dalam satu bulan, luka akan sembuh. 

BACA JUGA:Kue Samir, Lezatnya Camilan Tradisional Pemalang

BACA JUGA:Mengintip Tradisi Bakar Batu, Cara Memasak Unik di Papua yang Sarat Toleransi

Jika yang meninggal adalah orang tua, dua ruas jari dipotong; jika sanak saudara, hanya satu ruas jari yang dipotong. Sebelum pemotongan, mereka yang jari mereka akan dipotong membaca mantra.

Sikap taat dan penghormatan terhadap leluhur, serta rasa cinta dan kebersamaan dengan orang terdekat, membuat Suku Dani rela mengalami sakit melalui tradisi potong jari ini. Harapannya, tradisi potong jari ini membantu mereka melupakan kesedihan dengan cepat.

Selain tradisi potong jari, Suku Dani juga terlibat dalam mandi lumpur sebagai simbol bahwa semua yang hidup akan kembali ke tanah. Meskipun prosesi Iki Palek jarang dilakukan oleh Suku Dani, banyak ibu-ibu yang dapat ditemui dengan jari yang tidak utuh. Meskipun banyak yang menganggap tradisi ini mengerikan, keberagaman budaya Indonesia tetap perlu dihormati. (amp/*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: