Mengintip Tradisi Bakar Batu, Cara Memasak Unik di Papua yang Sarat Toleransi
Tradisi Bakar Batu Papua--
RADARBANYUMAS.DISWAY.ID - Indonesia sebagai negara dengan keragaman budaya yang mempesona, terus menghadirkan tradisi-tradisi unik yang mencerminkan kaya akan keberagaman budaya yang dimilikinya. Tradisi-tradisi ini seringkali menjadi sorotan dalam berbagai media dan liputan, memperlihatkan kepada dunia betapa beragamnya budaya dan adat istiadat yang tersebar di seluruh nusantara ini.
Namun dalam kerumitan keragaman ini, kita seringkali terfokus pada tradisi-tradisi yang mendominasi atau yang paling sering muncul dalam berita dan media sosial. Salah satu contoh nyata dari hal ini adalah tradisi bakar batu, sebuah cara memasak unik yang berasal dari Papua, sebuah provinsi yang mayoritas penduduknya menganut agama yang berbeda dengan mayoritas wilayah Indonesia.
Meskipun agama Islam bukan agama mayoritas di Papua, tradisi ini tetap hidup dan menjadi bagian penting dari perayaan bulan suci Ramadan dan Idul Fitri di sana. Lebih dari sekadar metode memasak, tradisi bakar batu mencerminkan keragaman budaya yang begitu kaya dan menunjukkan kepada kita bahwa dalam perbedaan, ada ruang untuk toleransi dan perayaan bersama.
Tradisi yang disebut "bakar batu" adalah metode memasak yang sangat khas. Proses memasak ini melibatkan pemanasan batu-batu yang kemudian ditanam ke dalam lubang yang berisi makanan. Meskipun Papua tidak didominasi oleh agama Islam, tradisi ini tetap menjadi bagian penting dari perayaan bulan Ramadan dan Idul Fitri di wilayah tersebut.
BACA JUGA:Resep Karedok, Kelezatan Salad Tradisional dari Jawa Barat
BACA JUGA:Asal Usul Tradisi Halloween Day, Diperingati Setiap Tanggal 31 Oktober!
Tradisi bakar batu bukan hanya tentang cara memasak unik. Tradisi ini juga mencerminkan kekayaan budaya yang sangat beragam di Papua. Warga Papua memiliki berbagai tradisi dan kebiasaan yang unik, namun semua itu bersatu dalam tradisi bakar batu yang mereka lakukan bersama.
Proses memasak dengan metode bakar batu adalah pengalaman yang sangat menarik. Sebelum makanan dimasak, bahan-bahan seperti daging, ikan, atau sayuran dibumbui dengan rempah-rempah khas Papua dan dibungkus dalam daun pisang untuk memberikan rasa alami dan aroma yang khas. Batu-batu yang telah dipanaskan dengan cermat ditanam dalam lubang yang digali sebelumnya, dan makanan yang sudah dibumbui diletakkan di atas batu-batu panas tersebut.
Proses pemanggangan ini memakan waktu yang cukup lama, kadang-kadang mencapai 8 hingga 10 jam. Selama menunggu makanan matang, warga berkumpul di sekitar area bakar batu, bercerita, berbagi pengalaman, dan menunggu waktu berbuka puasa dengan penuh kegembiraan.
Ketika makanan akhirnya matang, maka perayaan akan dimulai. Masyarakat berkumpul untuk menikmati makanan bersama dalam acara yang disebut "makan bersama." Tradisi ini lebih dari sekadar santapan tetapi juga merayakan persaudaraan dan kebersamaan di antara anggota masyarakat.
BACA JUGA:5 Alat Musik Tradisional Jawa Tengah, Yang Masuk Kedalam Warisan Budaya Indonesia.
BACA JUGA:Mengenal Tradisi Wagean Bumiayu
Tradisi bakar batu adalah contoh bagaimana perbedaan budaya dan agama dapat bersatu dalam keragaman. Selama Ramadan di Papua, tradisi ini melibatkan masyarakat dari berbagai latar belakang dan keyakinan, semuanya bersatu dalam proses memasak dan makan bersama. Ini adalah bukti nyata bahwa keragaman adalah kekayaan, dan masyarakat Papua memahami pentingnya perayaan bersama dalam perbedaan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: